Saat ini, dunia pertanian tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, baik untuk pemupukan, pemacu pertumbuhan serta pengendalian hama, penyakit dan gulma yang digunakan melebihi ambang batas ekonomi. Bahan kimia yang digunakan secara berlebihan dapat meracuni lingkungan hidup, khususnya efek jangka panjang yang berpengaruh kepada tanah sebagai media tanam, dan kesehatan manusia. Usaha mengurangi penggunaan bahan kimia pada produk pertanian dapat diatasi oleh teknik bercocok tanam hidroponik, yakni bertanam dengan menggunakan media bukan tanah.
Teknik bercocok tanam hidroponik memiliki beberapa sistem tanam diantaranya Aeroponik, NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), Wick atau Sumbu, Dutch Bucket, Floating Raft atau Rakit Apung, dan Fertigasi. Pada setiap sistem bercocok tanam secara hidroponik memiliki beberapa perbedaan pada saat melakukan kegiatan budidaya suatu tanaman, yakni mulai dari persiapan bahan tanam, pembuatan media tanam, persemaian, pemindahan hasil semai, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen, serta distribusi dan pemasaran. Setiap sistem menyesuaikan dengan tanaman apa yang akan di budidayakan. Hal tersebut dikarenakan tidak semua jenis tanaman dapat di budidayakan secara hidroponik. Dilihat dari umur tanam, pertumbuhan dan perkembangan fisik tanaman mulai dari tahapan persemaian benih sampai dengan proses panen, jenis akar tanaman, dan aspek lainnya terkait profil dan jenis tanaman. Jenis tanaman yang biasanya menggunakan teknik hidroponik dalam proses bercocok tanam adalah tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Jenis sayuran yang sering memanfaatkan teknik hidroponik adalah keluarga selada, bayam, kangkung, caisin, aragula, serta petsay. Untuk jenis buah-buahan, diantaranya ada tanaman melon, timun, tomat, dan cabai. Sedangkan pada jenis bunga-bungaan adalah tanaman mawar, gerbera, dan lainnya.
Keberhasilan bercocok tanam secara hidroponik didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang baik, yakni green house, bangunan kantor, packing house (PH), gudang kemasan, gudang nutrisi, dan nursery, kemudian keberadaan perusahaan atau instansi yakni lokasi tata letak pabrik, letak geografis, keadaan iklim, struktur organisasi dan ketenagakerjaan diantaranya manajer, business plan, HRD atau Human Resourch Development, manajer produksi, ekspor, PPIC atau Plan Production Inventory Controller, marketing, keamanan, sanitasi, serta operasional seperti pekerja harian dan pekerja kontrak.
SHARE
hidroponik.id