Menu

MENU

Belajarlah dari Semut


SEMUT adalah binatang kecil yang oleh kebanyakan manusia diabaikan keberadaannya, malah cenderung dibasmi karena dianggap mengganggu. Padahal semut adalah salah satu binatang yang disebut khusus di Al-Qur’an dan bahkan menjadi nama salah satu surat. Lantas apa pentingnya semut ini bagi manusia sesungguhnya? 

Selain berperan di ekosistem sebagai pembasmi hama dan meng-aerasi tanah, semut memberi pelajaran yang sangat penting bagi manusia untuk bekerja!

Dalam Al-Qur’an pelajaran tentang semut ini teringkas dalam dua ayat yang berurutan berikut :
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridlai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”” 
(QS 27 :18-19).

Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam setelah mendengar perkataan semut-semut tersebut berdo’a kepada Allah agar diberi ilham atau petunjuk untuk bersyukur dan untuk dapat mengerjakan amal shaleh yang diridlaiNya. Do’a yang mirip dengan do’a Nabi Sulaiman tersebut adalah do’a yang diperintahkan kepada anak manusia ketika dia mencapai usia kematangannya 40 tahun.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridlai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri””.

LANTAS apa hubungannya antara semut dengan bersyukur dan amal shaleh yang diridloiNya tersebut ? ternyata bangsa semut memberikan contoh system kerja yang sangat efektif.

Binatang yang nyaris tanpa kecerdasan ini sudah mengenal teamwork dan pembagian kerja yang baik, bila ada pekerjaan besar mereka langsung melaksanakannya tanpa harus berkepanjangan memperdebatkan who doing what. Manusia di lain pihak sering kurang mensyukuri kecerdasannya, sehingga kebanyakan manusia lebih suka berdebat untuk memutuskan siapa yang harus berbuat apa – ketimbang mengerjakan pekerjaan itu sendiri langsung.

Di balik kelemahan semut yang sangat kecil yang sering kita pites, ternyata tersembunyi kekuaatan relatif yang luar biasa. Semut bisa mengangkat beban yang jauh melebihi berat badan dan kebutuhannya. Manusia yang kurang bersyukur suka hitung-hitungan masalah pekerjaan, kebanyakan hanya puas melaksanakan kewajiban (job descriptionnya) saja tanpa keinginan untuk berbuat lebih.

Semut yang nyaris tanpa akal, mereka piawai dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Manusia yang kurang mensyukuri akalnya, sedikit-sedikit mengeluh atas problem yang dihadapinya – bahkan tidak jarang menyerah di tengah jalan.


islampos