Menu

MENU

Kemana Perginya PSK dan preman kalijodo ? Pulang kampung atau ?

Miris Banget PSK Kalijodo Bertahan di Kolong Tol seperti ini

Jakarta: Pekerja Seks Komersil (PSK) Kalijodo ternyata tidak pulang kampung seperti yang dikabarkan. Mereka hanya pindah ke seberang kali yang selama ini dijadikan tempat tinggal para preman dan PSK.

Kafe-kafe di kawasan Kalijodo sudah lama kosong, saat warga ditanyai mengenai keberadaan PSK rata-rata menjawab sama, ‘pulang kampung’. Ternyata, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar.

PSK dan preman kalijodo

Ada sebuah permukiman warga yang berdiri di bawah jalan tol Pluit. Gubuk yang rata-rata terbuat dari tripleks itu, terletak di Jalan Kepanduan I. Lokasinya di seberang Jalan Kepanduan II, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah itu hanya dipisahkan oleh kali. Di lokasi itu PSK dan para preman tinggal.
 

"Di sini tempat mereka (preman dan PSK Kalijodo) tinggal. Di sana hanya tempat kerja, kalau tidur dan tinggal mereka di sini," kata Ngatina, 37, salah seorang pedagang makanan di lokasi tersebut kepada Media Indonesia, Selasa (23/2/2016).



Saat pagi hari, lokasi tersebut masih terlihat sepi. Hanya wanita berpakaian seksi, pria bertato dan pedagang asongan keliling yang berlalu-lalang di tempat itu.



"Mereka kerjanya malam, jadi biasa kalau pagi masih pada tidur," kata wanita asal Semarang yang sudah tiga tahun mengadu nasib di tempat itu.



Ngatina mengatakan, hingga saat ini para preman dan wanita malam masih bermukim di sana. Namun, Ia tidak tahu aktivitas mereka saat ini setelah kafe di Kalijodo sepi dari aktivitas hiburan malam.


Ia mengungkapkan, untuk dapat tinggal di gubuk yang terletak di RT 17 RW 05 itu, Ia harus membayar Rp300 ribu per bulan ke penguasa wilayah. "Itu katanya orang yang paling lama tinggal di sini. Tapi saya juga kurang mengerti, saya bayar saja, tidak ada biaya pungutan lain," ujarnya.

 

Di tempat itu, ada seorang pria muda yang berpenampilan lusuh terlihat mabuk minuman keras, dari napasnya tercium aroma alhokol. Bocor, begitu warga di sana memanggil lelaki yang bekerja sebagai tukang parkir di kawasan tersebut.



Ketika ditanyai apakah Ia juga bekerja sebagai tukang parkir di kafe Kalijodo, Ia mengatakan tidak. Menurutnya, untuk menjadi tukang parkir di sana terlalu banyak saingan.



"Kebanyakan premannya di sini, jadi saya parkir yang di pinggir jalan depan sana saja," katanya.



Namun, tidak semua warga di pemukiman kumuh ini bekerja sebagai preman dan PSK. Seorang pria berumur 64 tahun yang sudah menetap disana dari tahun 1997 mengatakan, dari sekitar 300 kepala keluarga, kebanyakan warga bekerja sebagai pemulung, juru parkir, dan lainnya.

SHARE !
forums.merdeka.com