Menu

MENU

Kebenaran Tetap akan Terkuak bahwa Bukan Colombus Penemu Benua Amerika




Semua orang mencibir dan mencemooh, ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut pelaut Muslim sebagai penemu Benua Amerika.

Namun, semua seolah diam ketika sejumlah peneliti Universitas Rhode Island mengklaim menemukan sejumlah bukti Muslim tiba di Benua Amerika jauh sebelum Christopher Columbus datang.

Evan Yuriesco, yang bertanggung jawab atas penelitian itu, mengatakan temuan ini mengejutkan dan tidak satu pun dari peneliti yang terlibat berharap menemukan bukti ini.

"Kami berharap menemukan jejak permukiman pra-sejarah penduduk asli Amerika, tapi yang kami temukan bukti bahwa Muslim jauh lebih dulu tiba di AS sebelum Columbus," ujar Yuriesco.

"Sungguh kami tidak siap dengan semua ini. Namun kami yakin sejarah memang harus ditulis ulang," lanjutnya.

Temuan itu adalah pot tanah liat abad ke-9 berisi naskah kuno yang ditulis dalam Bahasa Arab. Pot itu, menurut Yuriesco, ditemukan di sebuah lokasi yang diduga sebagai pemakaman massal para pelaut, karena peneliti juga menemukan empat kerangka dalam keadaan dekomposisi canggih.

Tes DNA, masih menurut Yuriesco, sangat tidak mungkin. Namun, lanjutnya, pembusukan dini gigi mayat-mayat itu bisa menunjukan penyebab kematian; kelaparan atau penyakit yang tidak diketahui.

Situs worldnewsdailyreport.com melaporkan peneliti juga menemukan beberapa benda lain; kain, koin, dua pedang lengkung, dan artefak logam lainnya. Sayangnya, artefak logam tak bisa dikenali karena termakan karat dan korosi.

parchement-a
The documents are thought to be of the 9th century 
based on the Kufic script of the manuscripts, 
claim experts - at: http://worldnewsdailyreport.com
Dua pot tanah liat lainnya juga ditemukan. Salah satu pot berisi manuskrip, yang diyakini para ahli sebagai Alquran. Pot lainnya berisi campuran rempah-rempah kering yang sangat dikenal.

Tidak sulit menentukan umur manuskrip ini. Seluruh kaligrafi di manuskrip bergaya Kufi. Karim Ibu Fallah, sejarawan Universitas Massachussets yang khusus meneliti manuskrip abad pertengahan, mengatakan; "Kuficis adalah bentuk kaligrafi Arab tertua."

Kuficis, masih menurut Ibu Fallah, adalah modifikasi skrip Nabatea tua. "Gaya Kuficis, atau kaligrafi Kufi, berkembang abad ketujuh di Kufah, Irak," ujar Ibnu Fallah.

Byron Kent, museologist di Smithsonian, mengatakan temuan manuskrip pra-Columbus ini benar-benar sangat mengganggu.

"Tidak ada yang meragukan bahwa peta Arab pra-Colombus adalah yang terbaik di dunia," ujar Kent. "Namun tidak ada peta awal yang menunjukan pengetahuan orang Arab mengetahui adanya Benua Amerika."

Meski demikian, masih menurut Kent, gagasan populasi Muslim bepergian melintasi Atlantik sebelum Colombus adalah sesuatu tidak bisa dibantah. Banyak pakar juga tidak berupaya membantah bahwa Islam pernah sangat unggul dibanding Barat.

"Muslim pasti memiliki keahlian teknologi untuk melakukannya," demikian Kent.

"Namun tidak ada catatan tertulis bahwa mereka pernah melakukannya. Namun, temuan peneliti Universitas Rhode Island adalah bukti kuat Muslim memang melakukannya."


Richard Francaviglia, penulis buku best seller Far Beyond the Western Sea of the Arabs: Reinterpreting Claims about Pre-Columbian Muslims in the Americas dari Universitas Willamette, mengatakan penemuan ini benar-benar mengejutkan.

"Premis Islam pra-Columbia menemukan Dunia Baru sangat menarik karena masuk akal," ujar Francaviglia. "Pelaut Muslim memiliki kemampuan navigasi luar biasa, jauh sebelum orang Eropa melaut."

Berbagai catatan memperlihatkan Muslim cepat mengeksplorasi dan menjajah sebagian besar Dunia Lama pada abad kesembilan dan kesepuluh.

"Columbus berhutang budi pada ketrampilan pelaut Muslim," Francaviglia mengakhiri.