Menu

MENU

KISAH PARA MUALAF LUAR NEGERI



Yusuf Islam: ‘Saya Dulunya Pop Star, Masuk Islam, Semua Harus Sujud Pada Allah’

CAT Stevens (lahir dengan nama Stephen Demetre Georgiou, London, 21 Juli 1948, dan sekarang bernama Yusuf Islam) terutama dikenal sebagai seorang penulis lagu dari Britania Raya.

Pada awal karir musiknya, Georgiou mengambil nama Cat Stevens. Sebagai Cat Stevens, ia berhasil menjual 40 juta album, kebanyakan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Lagu-lagunya yang paling populer termasuk “Morning Has Broken”, “Peace Train”, “Moonshadow”, “Wild World” (Di popularkan lagi oleh Mr. Big), “Father and Son” (Di popularkan lagi lagunya oleh salah seorang personel Boyzone), “Matthew and Son”, dan “Oh Very Young”.
Stevens menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada tahun 1978 setelah mengalami near-death experience. Ia lalu mengambil nama Yusuf Islam dan menjadi seorang pendakwah vokal agamanya yang baru. Satu dasawarsa kemudian ada kontroversi ketika ia melontarkan pernyataan mendukung fatwa yang dikeluarkan menentang penulis Salman Rushdie, dan pada tahun 2004 namanya kembali dibicarakan lagi setelah ia ditolak masuk Amerika Serikat karena nama ditemukan pada sebuah daftar tidak boleh terbang (no-fly list). Ternyata terjadi kekeliruan dan yang dicari adalah orang lain bernama Youssouf Islam.
Yusuf Islam sekarang tinggal di London bersama istri dan lima anaknya di mana ia seorang anggota jamaah yang aktif. Ia mendirikan yayasan kemanusiaan Small Kindness yang mulanya menolong korban kelaparan di Afrika dan sekarang membantu ribuan anak yatim dan keluarga di Balkan, Indonesia, dan Irak. Islam juga mendirikan yayasan kemanusiaan Muslim Aid tetapi meninggalkannya sebagai Ketua pendiri pada 1999.
Berikut adalah petikan wawancaranya dengan Larry King, seorang presenter yang populer di Amerika Serikat.
Bagaimana Anda mendapatkan nama Cat?
Cat? Itu sebuah pertanyaan lama. Itu adalah hari-hari ketika saya sedang mencari identitas, mungkin mencari sesuatu yang sedikit lebih mudah untuk diingat orang.
Nama saya pada waktu itu adalah Steve Dimitri Georgiou. Dan itu terlalu panjang. Sedangkan Cat, maksud saya, banyak orang suka kucing. Jadi harap, orang akan mencintai saya juga.
Dimana Anda tumbuh-besar?
Saya dibesarkan di London. Sebenarnya, tidak terlalu jauh dari tempat kami berada sekarang.
Bagaimana Anda bisa masuk Islam? Bukankah Anda ini dulunya seorang katolik yang taat?
Tidak Ada yang lebih membingungkan daripada soal ini.
Anda masuk Islam itu tidak terjadi dalam semalam…
Anda tahu, itu adalah pertanyaan besar. Maksudku ketika sebuah ikon dari dunia musik, selalu menganggap dirinya besar, dan ketika mengenal Islam, semuanya harus membungkuk kepada Allah.
Saya masuk Islam itu adalah sebuah langkah besar dan sangat penting. Tapi itu tidak tiba-tiba, Anda tahu, karena jika Anda telah mendengarkan lagu-lagu saya dan jika Anda benar-benar mengikuti jalan hidup saya, saya ini orang yang selalu mencari. Saya selalu mencari makna hidup.
Tapi kenapa Islam?
Ilmu pengetahuan mengatakan kepada kita tentang sesuatu dan dengan banyak cara. Misalnya  banyak orang yang sekarang menggantikan agama dengan ilmu pengetahuan, karena sekarang kita tahu bagaimana alam semesta dimulai, semacam itu. Tapi tidak pernah ada yang benar-benar yakin terhadap hal itu. Dalam karya seni, saya masih belum puas. Saya masih belum menemukan apa yang saya cari. Saya tidak punya kedamaian di situ. 
Kemudian saya diberi salinan Quran oleh kakak saya, David.
Kakak Anda seorang Muslim?
Tidak, dia bukan Muslim, tapi dia seperti menemukan Islam di Yerusalem, ketika ia pergi ke sana pada tahun 1976.
Ketika, ia datang kembali, dia menyodorkan Quran kepada saya sambil berkata, “ Itu kitab suci umat Islam.” Ia membelinya dan memberikannya kepada saya sebagai hadiah. Dan itu benar-benar awal penemuan saya tentang Islam.
Jadi, saya menemukan Islam benar-benar secara pribadi dan dengan hanya membaca Quran saja, dengan tidak ada yang memberitahu saya bagaimana menafsirkannya. Saya sangat terkejut karena tidak tahu agama ini sama sekali sebelumnya.  [sumber: sa/islampos/cnn]

MIKE TYSON yang bernama lengkap Michael Gerard Tyson 
Lahir di New York City, Amerika, 30 Juni 1966. Tyson memeluk Islam ketika masih dipenjara pada pertengahan tahun 1990. Secara resmi, tahun 1995, selepas dari penjara di Indiana, Tyson mengumumkan hijrah memeluk agama Islam yang telah dipelajarinya selama di dalam penjara, dengan nama baru Malik Abdul Aziz.
Tyson menjadi juara dunia tinju kelas berat termuda di usia 20 pada 1986 dengan mengalahkan Trevor Berbick di perebutan gelar juara dunia kelas berat WBC. Setahun kemudian, merebut gelar juara dunia kelas berat WBA dan IBF.

Pada 1992, karir Tyson mulai terpengaruh kehidupannya di luar ring. Saat itu Tyson harus hidup di balik jeruji selama tiga tahun karena melakukan pemerkosaan. Karir pria yang kini menginjak 45 tahun tersebut sempat meningkat pasca-penjara. Namun, setelah dikalahkan Evander Holyfield pada November 1996, kehebatan Tyson di atas ring tinggal sejarah.

Setelah itu Tyson harus melewati masa sulit termasuk kebangkrutan dan hanya beberapa kali melakukan pertarungan demi sekedar mencari nafkah. Tyson pun mengungkapkan mengapa karir tinjunya rusak.

“Saat itu saya seorang bajingan, psikopat, dan kotoran. Saya pikir saya raja dunia. Tidak akan ada petinju yang menelan obat-obatan lebih banyak daripada saya. Bahkan saya tidak menyangka bisa hidup lebih dari 30 tahun. Saya beruntung masih bisa hidup. Tinju telah membuat saya gila,” ujar Tyson kepada Speigel.

Tyson kini tinggal di Las Vegas dengan istri ketiganya, Lakiha, dan dua putra-putri, Morocco serta Milan. Pria yang memiliki nama Islam, Malik Abdul Aziz tersebut mengaku senang dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini.

“Saya hanya ingin menjadi ayah yang baik. Saya ingin anak-anak memandang saya seorang ayah yang baik. Saya tidak minum alkohol, tidak merokok, tidak minum obat-obatan. Saya vegetarian, tidak makan daging dan telur.”

Arnoud van Doorn : Islam Agama yang Indah dan Sangat Murni

Seorang politikus terkemuka yang merupakan anggota partai sayap kanan Belanda Geert Wilders akhirnya memeluk Islam setelah penelitian panjangnya tentang agama Islam dan umat Islam, seperti dilansir OnIslam pada Selasa (5/3/2013).
“Saya bisa mengerti orang-orang yang meragukan hal ini, terutama karena ini di luar dugaan mereka,” Arnoud Van Doorn mengatakan kepada Al-Jazeera English. “Ini adalah keputusan yang sangat besar, yang saya tidak anggap enteng.”
Kabar tentang masuk Islamnya Doorn pertama kali muncul ke permukaan pada bulan lalu ketika ia menulis “new beginning” di  Tweeternya. Dia kemudian menulis tweet, di Arab mengucapkan syahadat.
Politikus itu kemudian mengumumkan bahwa dia telah memeluk Islam dan memberikan informasi tentang alasan di balik keputusannya itu. “Orang-orang terdekat saya tahu bahwa saya telah aktif meneliti Al-Qur’an, Hadis, Sunnah dan tulisan-tulisan mengenai Islam lainnya selama hampir satu tahun ini,” katanya. “Selain itu, saya telah banyak berbincang dengan umat Islam mengenai agama ini.”
Terdorong oleh wacana anti-Islam partainya, Doorn memutuskan untuk menggali kebenaran tentang agama sendiri. “Saya telah mendengar begitu banyak cerita negatif tentang Islam, tapi saya bukan orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian saya sendiri,” katanya.
“Oleh karena itu, saya benar-benar mulai memperdalam pengetahuan saya tentang Islam, karena penasaran. Rekan saya Aboe Khoulani dari Dewan Kota di Den Haag menghubungkan saya lebih lanjut ke dalam kontak dengan masjid Soennah, yang kemudian membimbing saya lebih jauh.”
Sebagai seorang anggota parlemen Belanda dan dewan kota Den Haag, nama Doorn telah lama dikaitkan dengan retorika anti-Islam Wilders, partai sayap kanan PVV. Wilders sendiri terkenal dengan kampanyenya melawan Islam, Muslim, dan Al-Qur’an.
Keputusan Doorn untuk memeluk Islam telah mengundang berbagai reaksi di Belanda. “Menurut beberapa orang saya pengkhianat, tetapi menurut kebanyakan orang lainnya saya benar-benar telah membuat keputusan yang sangat baik,” katanya kepada Aljazeera.
“Reaksi-reaksi itu pada umumnya positif dan saya juga menerima cukup banyak dukungan melalui twitter. “Rasanya menyenangkan mengetahui orang-orang yang tidak mengenal saya secara pribadi mampu memahami situasi saya dan mendukung saya dengan pilihan saya.”
Bagi politikus Belanda ini, menemukan Islam akhirnya menuntunnya ke jalan yang benar dalam hidupnya. “Saya telah membuat kesalahan dalam hidup seperti banyak orang lainnya. Dari kesalahan-kesalahan ini saya telah banyak belajar,” kata Doorn. “Dan dengan masuknya saya ke Islam saya merasa bahwa saya akhirnya menemukan jalan saya. Saya menyadari bahwa ini adalah awal yang baru dan bahwa saya masih harus banyak belajar.”
Berangkat dari kehidupan sebelumnya sebagai anggota PVV, Doorn akan banyak mendapat perlawanan dalam kehidupan politiknya. “Kemungkinannya adalah bahwa saya akan terus menghadapi banyak perlawanan,  juga dari instansi pemerintah tertentu,” katanya. “Saya memiliki keimanan kepada Allah yang mendukung saya dan membimbing saya untuk melalui saat-saat ini.” (banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/06/politikus-belanda-arnoud-van-doorn-menjadi-mualaf.html#sthash.L9dUhw2r.dpuf
Seorang politikus terkemuka yang merupakan anggota partai sayap kanan Belanda Geert Wilders akhirnya memeluk Islam setelah penelitian panjangnya tentang agama Islam dan umat Islam, seperti dilansir OnIslam pada Selasa (5/3/2013).
“Saya bisa mengerti orang-orang yang meragukan hal ini, terutama karena ini di luar dugaan mereka,” Arnoud Van Doorn mengatakan kepada Al-Jazeera English. “Ini adalah keputusan yang sangat besar, yang saya tidak anggap enteng.”
Kabar tentang masuk Islamnya Doorn pertama kali muncul ke permukaan pada bulan lalu ketika ia menulis “new beginning” di  Tweeternya. Dia kemudian menulis tweet, di Arab mengucapkan syahadat.
Politikus itu kemudian mengumumkan bahwa dia telah memeluk Islam dan memberikan informasi tentang alasan di balik keputusannya itu. “Orang-orang terdekat saya tahu bahwa saya telah aktif meneliti Al-Qur’an, Hadis, Sunnah dan tulisan-tulisan mengenai Islam lainnya selama hampir satu tahun ini,” katanya. “Selain itu, saya telah banyak berbincang dengan umat Islam mengenai agama ini.”
Terdorong oleh wacana anti-Islam partainya, Doorn memutuskan untuk menggali kebenaran tentang agama sendiri. “Saya telah mendengar begitu banyak cerita negatif tentang Islam, tapi saya bukan orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian saya sendiri,” katanya.
“Oleh karena itu, saya benar-benar mulai memperdalam pengetahuan saya tentang Islam, karena penasaran. Rekan saya Aboe Khoulani dari Dewan Kota di Den Haag menghubungkan saya lebih lanjut ke dalam kontak dengan masjid Soennah, yang kemudian membimbing saya lebih jauh.”
Sebagai seorang anggota parlemen Belanda dan dewan kota Den Haag, nama Doorn telah lama dikaitkan dengan retorika anti-Islam Wilders, partai sayap kanan PVV. Wilders sendiri terkenal dengan kampanyenya melawan Islam, Muslim, dan Al-Qur’an.
Keputusan Doorn untuk memeluk Islam telah mengundang berbagai reaksi di Belanda. “Menurut beberapa orang saya pengkhianat, tetapi menurut kebanyakan orang lainnya saya benar-benar telah membuat keputusan yang sangat baik,” katanya kepada Aljazeera.
“Reaksi-reaksi itu pada umumnya positif dan saya juga menerima cukup banyak dukungan melalui twitter. “Rasanya menyenangkan mengetahui orang-orang yang tidak mengenal saya secara pribadi mampu memahami situasi saya dan mendukung saya dengan pilihan saya.”
Bagi politikus Belanda ini, menemukan Islam akhirnya menuntunnya ke jalan yang benar dalam hidupnya. “Saya telah membuat kesalahan dalam hidup seperti banyak orang lainnya. Dari kesalahan-kesalahan ini saya telah banyak belajar,” kata Doorn. “Dan dengan masuknya saya ke Islam saya merasa bahwa saya akhirnya menemukan jalan saya. Saya menyadari bahwa ini adalah awal yang baru dan bahwa saya masih harus banyak belajar.”
Berangkat dari kehidupan sebelumnya sebagai anggota PVV, Doorn akan banyak mendapat perlawanan dalam kehidupan politiknya. “Kemungkinannya adalah bahwa saya akan terus menghadapi banyak perlawanan,  juga dari instansi pemerintah tertentu,” katanya. “Saya memiliki keimanan kepada Allah yang mendukung saya dan membimbing saya untuk melalui saat-saat ini.” (banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/06/politikus-belanda-arnoud-van-doorn-menjadi-mualaf.html#sthash.L9dUhw2r.dpuf
Seorang politikus terkemuka yang merupakan anggota partai sayap kanan Belanda Geert Wilders akhirnya memeluk Islam setelah penelitian panjangnya tentang agama Islam dan umat Islam, seperti dilansir OnIslam pada Selasa (5/3/2013).
“Saya bisa mengerti orang-orang yang meragukan hal ini, terutama karena ini di luar dugaan mereka,” Arnoud Van Doorn mengatakan kepada Al-Jazeera English. “Ini adalah keputusan yang sangat besar, yang saya tidak anggap enteng.”
Kabar tentang masuk Islamnya Doorn pertama kali muncul ke permukaan pada bulan lalu ketika ia menulis “new beginning” di  Tweeternya. Dia kemudian menulis tweet, di Arab mengucapkan syahadat.
Politikus itu kemudian mengumumkan bahwa dia telah memeluk Islam dan memberikan informasi tentang alasan di balik keputusannya itu. “Orang-orang terdekat saya tahu bahwa saya telah aktif meneliti Al-Qur’an, Hadis, Sunnah dan tulisan-tulisan mengenai Islam lainnya selama hampir satu tahun ini,” katanya. “Selain itu, saya telah banyak berbincang dengan umat Islam mengenai agama ini.”
Terdorong oleh wacana anti-Islam partainya, Doorn memutuskan untuk menggali kebenaran tentang agama sendiri. “Saya telah mendengar begitu banyak cerita negatif tentang Islam, tapi saya bukan orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian saya sendiri,” katanya.
“Oleh karena itu, saya benar-benar mulai memperdalam pengetahuan saya tentang Islam, karena penasaran. Rekan saya Aboe Khoulani dari Dewan Kota di Den Haag menghubungkan saya lebih lanjut ke dalam kontak dengan masjid Soennah, yang kemudian membimbing saya lebih jauh.”
Sebagai seorang anggota parlemen Belanda dan dewan kota Den Haag, nama Doorn telah lama dikaitkan dengan retorika anti-Islam Wilders, partai sayap kanan PVV. Wilders sendiri terkenal dengan kampanyenya melawan Islam, Muslim, dan Al-Qur’an.
Keputusan Doorn untuk memeluk Islam telah mengundang berbagai reaksi di Belanda. “Menurut beberapa orang saya pengkhianat, tetapi menurut kebanyakan orang lainnya saya benar-benar telah membuat keputusan yang sangat baik,” katanya kepada Aljazeera.
“Reaksi-reaksi itu pada umumnya positif dan saya juga menerima cukup banyak dukungan melalui twitter. “Rasanya menyenangkan mengetahui orang-orang yang tidak mengenal saya secara pribadi mampu memahami situasi saya dan mendukung saya dengan pilihan saya.”
Bagi politikus Belanda ini, menemukan Islam akhirnya menuntunnya ke jalan yang benar dalam hidupnya. “Saya telah membuat kesalahan dalam hidup seperti banyak orang lainnya. Dari kesalahan-kesalahan ini saya telah banyak belajar,” kata Doorn. “Dan dengan masuknya saya ke Islam saya merasa bahwa saya akhirnya menemukan jalan saya. Saya menyadari bahwa ini adalah awal yang baru dan bahwa saya masih harus banyak belajar.”
Berangkat dari kehidupan sebelumnya sebagai anggota PVV, Doorn akan banyak mendapat perlawanan dalam kehidupan politiknya. “Kemungkinannya adalah bahwa saya akan terus menghadapi banyak perlawanan,  juga dari instansi pemerintah tertentu,” katanya. “Saya memiliki keimanan kepada Allah yang mendukung saya dan membimbing saya untuk melalui saat-saat ini.” (banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/06/politikus-belanda-arnoud-van-doorn-menjadi-mualaf.html#sthash.L9dUhw2r.dpuf
Seuntai tweet mengguncang Belanda. Itulah tweet Arnoud van Doorn, anggota Dewan Kota Hague. Sosok politisi yang memiliki ibu kelahiran Surabaya itu, memposting tweet dua kalimat syahadat, akhir bulan kemarin. Arnoud, yang pada 18 Maret lalu merayakan milad pertamanya sebagai muslim, dikenal sebagai pribadi ramah dan berpekerti baik.

Ia percaya bahwa Islamofobia di Eropa tersebar, karena media dan pemerintahan Barat berupaya untuk menampilkan citra gelap tentang Islam. Around merasa yakin, sekiranya saja warga Eropa tahu betapa Islam itu indah dan penuh kebijaksanaan, mereka tentu tak bakal bisa menolak untuk menjadi muallaf.

Dalam kapasitasnya sebagai anggota Dewan Kota, baru-baru ini ia menggolkan usaha rintisan penggalangan keluarga asuh bagi anak-anak Muslim. Isu Islamofobia yang tengah menjadi tantangan warga muslim di Barat, juga tak luput dari perhatiannya.
"Wahai media, tolong hentikan pewacanaan bahwa semua muslim salafi adalah fanatik dan teroris. Itu pelecehan dan bertolak belakang dengan kenyataan," tandas Arnoud dalam salah satu tweetnya.

Berikut ini Islamedia sajikan wawancara Al-Jazeera (Bagian I) dan Mehrnews (Bagian 2) dengan Arnoud van Doorn.

Bagian I
Apa yang akan anda sampaikan kepada mereka yang menyangsikan keislaman anda?
Saya dapat memahami kesangsian orang-orang, khususnya karena banyak dari mereka yang tak menyangka. Tapi orang-orang di lingkaran terdekat saya sudah tahu, bahwa saya memang sedang giat menelaah Al-Qur'an, Hadits, Sunnah, dan referensi-referensi lainnya selama hampir satu tahun hingga sekarang. Saya juga terlibat banyak sekali perbincangan dengan kalangan muslim membahas soal agama. Jadi ini merupakan suatu keputusan sangat besar yang tidak ujug-ujug saya ambil.

Bagaimana dulu anda bersentuhan dengan Islam?
Saya telah mendengar banyak sekali cerita-cerita jelek tentang Islam, namun saya bukanlah tipe pribadi yang ikut-ikutan opini orang lain tanpa melakukan penelaahan sendiri dan membangun opini saya sendiri. Karenanya, saya kemudian benar-benar mulai memperdalam pengetahuan tentang Islam, didorong oleh rasa ingin tahu. Kolega saya, Aboe Khoulani dari Dewan Kota Hague-lah yang membawa saya menjalin kontak lebih jauh dengan pihak masjid As-Soennah, yang kemudian membimbing saya. Di sana, saya disambut dengan baik dan hangat.

Kalau melihat ke belakang, apakah anda menyesal bergabung dengan PVV (Freedom Party)?
Saya yakin bahwa setiap pengalaman dalam hidup ini punya hikmahnya tersendiri. Bagaimanapun, dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, saya tentu tanpa ragu-ragu akan membuat pilihan berbeda.

Reaksi-reaksi seperti apakah yang anda terima menyusul keislaman anda?
Menurut sebagian orang, saya ini mereka sebut pengkhianat, tetapi bagi sebagian besar lainnya saya dipandang telah membuat keputusan yang baik. Secara umum reaksinya positif. Saya juga menerima sejumlah dukungan dari twitter. Bahagia rasanya ketika orang-orang yang tidak mengenal saya secara pribadi, tapi justru memahami keadaan saya dan mendukung pilihan keputusan saya.

Adakah hal lain yang hendak anda sampaikan?
Seperti juga orang kebanyakan, saya telah banyak berbuat kesalahan dalam hidup. Dari berbagai kesalahan ini, saya belajar banyak hal. Dan melalui keislaman saya ini, saya merasakan bahwa akhirnya saya menemukan jalan hidup saya.

Saya menyadari bahwa ini merupakan permulaan baru dan saya masih harus belajar lebih banyak lagi.
Sepertinya saya masih akan menghadapi banyak tantangan, termasuk dari lembaga-lembaga pemerintah tertentu. Saya yakin dan pasrah sepenuhnya, bahwa Allah akan mendukung dan membimbing saya melewati momen-momen ini.

Bagian 2
Kalau boleh, pertama-tama, kita berbincang sedikit seputar alasan anda menerima Islam. Apa yang telah terjadi sehingga anda memilih masuk Islam?

Saya telah mempelajari Al-Qur'an karena keingintahuan, mulanya sejak setahun lalu (setelah saya keluar dari PVV). Sebelum itu saya hanya mendengar cerita-cerita jelek tentang Islam. Semakin banyak saya membaca semakin yakin pulalah saya bahwa Islam sesungguhnya agama yang indah dan penuh kebijaksanaan. Saya telah mengalami pendidikan agama sebagai seorang Kristen, sehingga saya telah banyak menganut banyak nilai. Lebih mudah untuk beralih dari seorang Kristen menjadi Muslim daripada dari seorang "atheis", karena sebelumnya saya telah mengenal konsep-konsep kenabian, adanya malaikat, dan baku kedisplinan yang selalu ada dalam ajaran agama manapun.

Anda dulunya anggota partai yang dikenal anti-Islam, dan bahkan film yang menyerang nabi pun dibuat atas perintah partai. Itu bagaimana ya ketika kelihatannya partai seperti itu tidak memiliki pengetahuan yang tepat tentang Islam, mengapa mereka bersikap demikian terhadap Islam?

Saya tidak pernah jadi orang yang berhaluan "ekstrim kanan", PVV pun juga sebenarnya begitu. Tapi dulu memang, seperti kebanyakan orang, saya punya prasangka buruk mengenai Muslim. Misalnya anggapan bahwa semua orang Islam itu kaum fanatik, penindas perempuan, intoleran dan jahat terhadap masyarakat barat, serta senang kekerasan. Wilders sebagai seorang pribadi tergolong orang yang cukup ramah dan bersahabat. Beberapa pendapatnya seperti soal kritik terhadap Uni Eropa, sistem keuangan, dan krisis ekonomi, menurut saya ada benarnya. Tetapi saya sama sekali tidak sependapat dengan pandangan negatifnya terhadap Islam dan dunia Arab. Pandangannya itu menstigmatisasi seluruh Muslim. Menciptakan ketakutan dan pengkutub-kutuban (di masyarakat, seperti yang dilakukan Wilders-red) memang cara mudah untuk memobilisasi orang-orang, karena isu-isu itu bisa memicu nyali, prasangka, sekaligus membiaskan pandangan orang-orang itu.

Setelah beralih masuk Islam, bagaimana reaksi bekas teman sejawat anda di partai?


Saya tidak berkomunikasi dengan Geert Wilders sejak saya keluar drai PVV. Saya tidak tahu juga ya. Saya tidak mendapatkan tanggapan balik apapun. Sebab ketika meninggalkan PVV, itu intinya saya dianggap "tidak ada" lagi. Mantan rekan sejawat juga takut berkomunikasi dengan saya. Karena kalau mereka melakukannya, bakal tidak bagus untuk karir mereka di partai PVV.

Sekiranya anda mengajak seorang non-Muslim untuk masuk Islam, apakah hal paling terpenting yang akan anda ajukan?

Seperti sudah saya nyatakan tadi: pelajarilah Islam, enyahkan seluruh prasangka buruk, dan bakal terlihat bahwa sungguh Islam itu merupakan agama yang indah dan sangat murni, agama yang memiliki sejarah begitu  agung serta standar-standar yang tinggi. Kami (muslim) saling peduli satu sama lain, baik dalam senang maupun susah. Islam agama yang memberikan ketenangan batin dan kearifan, serta memperdalam kehidupan  spiritual. Hidup itu lebih dari sekadar uang dan materialisme ("faktor suskses" tipikal Barat). Dengan Islam, anda bakal menjadi seseorang yang lebih tangguh dan lebih baik.

Di Barat, Islam umumnya dituding sebagai agama yang menganjurkan terorisme, anti-HAM, dan menindas perempuan. Bagaimana tanggapan anda terhadap tudingan-tudingan semacam ini?

Lagi-lagi penyebabnya adalah prasangka buruk, karena kurangnya wawasan. Kalangan fanatik dapat dijumpai dalam agama manapun di dunia. Sayangnya, kaum fanatik yang cuma 1% itu dipertunjukkan di televisi dan media pemberitaan lainnya, sekaligus pengaruh mereka dibesar-besarkan. Sedangkan 99% muslim lainnya terus bekerja keras dan sanggup hidup damai. Jika semakin banyak orang mempelajari Islam yang sebenarnya, akan kian banyak pula yang melihat keindahan Islam.

Bagaimana pendapat anda tentang alasan-alasan di balik sejumlah upaya untuk mempromosikan ateisme di dunia, dan apa nasihat anda bagi mereka yang ragu-ragu antara iman dan kufur?

Saya hanya bisa mengira-ngira. Tokoh-tokoh berpengaruh dan politisi Barat itu tidak menyukai agama dalam bentuk apa pun. Jika makin sedikit orang yang mengimani agama, maka kian banyak orang yang menggantungkan dirinya kepada nilai-nilai lain seperti ekonomi, uang, konsumsi, dan kelimpahan materi. Kalangan industri di Barat menginginkan agar orang-orang banyak ini terus melakukan konsumsi, bukan menggali kekuatan dari dalam diri. "Belanja dan konsumsi" dipaksakan jadi standar kebahagiaan. Sedangkan orang beriman, penganut agama, lebih kuat dan tidak terlalu bergantung kepada hal-hal tadi. Para politisi maupun tokoh-tokoh lainnya, merasa tidak berkepentingan, dalam membantu orang menjadi lebih independen terhadap hal-hal tadi itu dan membangun pencerahan. Ini juga yang saya katakan bagi mereka yang ragu antara keimanan dan kekufuran.

_________________________________________________________________________________

John Webster Jadi Mualaf Setelah Melihat Masjid

Mohammad John Webster dibesarkan dalam keluarga Protestan. Di usia remajanya, ia memiliki banyak pertanyaan soal kepercayaan yang dianutnya.

“Yang menjadi pertanyaan saya, di Inggris, banyak kemiskinan dan ketidakpuasan sosial. Agama saya seperti tidak berusaha untuk menyelesaikannya,” kenang dia seperti dikutip Arabnews.com, Senin (8/4).

Sejak itu, Webster muda tidak lagi menerima Protestan dan beralih menjadi penganut komunis. Baginya, komunisme menciptakan kepuasan tersendiri. Tapi itu tidak berlangsung lama. Selanjutnya, ia beralih pada filsafat dan agama.

“Dari apa yang saya alami ini mendorong saya mengidentifikasi diri dengan apa yang disebut panteisme,” katanya.

Webster mengakui peradaban Barat membuat masyarakatnya begitu asing dengan Islam. Ini terjadi karena sejak Perang Salib berakhir, banyak hal yang menyimpang terkait informasi tentang Islam dan Muslim.

Satu fase baru dalam kehidupannya dimulai ketika ia menetap di Australia. Di sana, ia membaca Alquran di sebuah perpustakaan umum di Sydney. Saat itu, kefanatikan Webster terhadap Islam coba ia tutupi. Padahal, ia sangat antusias untuk mengkaji lebih dalam terkait isi Alquran. Satu hari, ia temukan salinan Alquran terjemahan Inggris.

Pada satu surat, ia temukan satu hal tentang kehidupan Rasulullah. Ia habiskan berjam-jam untuk menemukan apa yang diinginkannya. Ketika keluar dari perpustakaan, Webster merasakan kelelahan. Kebimbangan muncul dalam pemikirannya.

Hal itu coba ia tangguhkan dengan berjalan menyusuri keramaian. Langkahnya terhenti ketika ia melihat tulisan yang menyebut ‘Masjid’. Hatinya bergetar seketika. Wajahnya segera memucat.

“Inilah kebenaran. Spontan Webster mengucapkan syahadat. Tiada Tuhan selain Allah, Muhamamd adalah utusan Allah. Alhamdulillah, aku menjadi seorang Muslim,” kata dia yang kini menjabat Presiden The English Muslim Mission.
(dakwatuna)
Geert Wilders
Seorang politikus terkemuka yang merupakan anggota partai sayap kanan Belanda Geert Wilders akhirnya memeluk Islam setelah penelitian panjangnya tentang agama Islam dan umat Islam 
============================================================
.
“Saya bisa mengerti orang-ora
ng yang meragukan hal ini, terutama karena ini di luar dugaan mereka,” Arnoud Van Doorn mengatakan kepada Al-Jazeera English. “Ini adalah keputusan yang sangat besar, yang saya tidak anggap enteng.”
.
Kabar tentang masuk Islamnya Doorn pertama kali muncul ke permukaan pada bulan lalu ketika ia menulis “new beginning” di Tweeternya. Dia kemudian menulis tweet, di Arab mengucapkan syahadat.
.
Politikus itu kemudian mengumumkan bahwa dia telah memeluk Islam dan memberikan informasi tentang alasan di balik keputusannya itu. “Orang-orang terdekat saya tahu bahwa saya telah aktif meneliti Al-Qur’an, Hadis, Sunnah dan tulisan-tulisan mengenai Islam lainnya selama hampir satu tahun ini,” katanya. “Selain itu, saya telah banyak berbincang dengan umat Islam mengenai agama ini.”
.
Terdorong oleh wacana anti-Islam partainya, Doorn memutuskan untuk menggali kebenaran tentang agama sendiri. “Saya telah mendengar begitu banyak cerita negatif tentang Islam, tapi saya bukan orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian saya sendiri,” katanya.
.
“Oleh karena itu, saya benar-benar mulai memperdalam pengetahuan saya tentang Islam, karena penasaran. Rekan saya Aboe Khoulani dari Dewan Kota di Den Haag menghubungkan saya lebih lanjut ke dalam kontak dengan masjid Soennah, yang kemudian membimbing saya lebih jauh.”
.
Sebagai seorang anggota parlemen Belanda dan dewan kota Den Haag, nama Doorn telah lama dikaitkan dengan retorika anti-Islam Wilders, partai sayap kanan PVV. Wilders sendiri terkenal dengan kampanyenya melawan Islam, Muslim, dan Al-Qur’an.
.
Keputusan Doorn untuk memeluk Islam telah mengundang berbagai reaksi di Belanda. “Menurut beberapa orang saya pengkhianat, tetapi menurut kebanyakan orang lainnya saya benar-benar telah membuat keputusan yang sangat baik,” katanya kepada Aljazeera.
.
“Reaksi-reaksi itu pada umumnya positif dan saya juga menerima cukup banyak dukungan melalui twitter. “Rasanya menyenangkan mengetahui orang-orang yang tidak mengenal saya secara pribadi mampu memahami situasi saya dan mendukung saya dengan pilihan saya.”
.
Bagi politikus Belanda ini, menemukan Islam akhirnya menuntunnya ke jalan yang benar dalam hidupnya. “Saya telah membuat kesalahan dalam hidup seperti banyak orang lainnya. Dari kesalahan-kesalahan ini saya telah banyak belajar,” kata Doorn. “Dan dengan masuknya saya ke Islam saya merasa bahwa saya akhirnya menemukan jalan saya. Saya menyadari bahwa ini adalah awal yang baru dan bahwa saya masih harus banyak belajar.”
.
Berangkat dari kehidupan sebelumnya sebagai anggota PVV, Doorn akan banyak mendapat perlawanan dalam kehidupan politiknya. “Kemungkinannya adalah bahwa saya akan terus menghadapi banyak perlawanan, juga dari instansi pemerintah tertentu,” katanya. “Saya memiliki keimanan kepada Allah yang mendukung saya dan membimbing saya untuk melalui saat-saat ini.” (sumber: banan/arrahmah.com)

Terry Hold Brooks
Seorang tentara AS yang bertugas menjaga dan menyiksa para mujahidin yang ditawan di Guantanamo, Terry Hold Brooks, dengan sukarela masuk Islam. Keislamannya mengguncangkan negara ‘demokrasi’ terbesar di dunia itu.
===================================
==========================
.
Hold Brooks ditugaskan oleh Angkatan Bersenjata AS untuk menjaga dan menyiksa para mujahidin di penjara Guantanamo. Para komandan senantiasa mendoktrin para tentara yang bertugas di Guantanamo bahwa para mujahidin yang mereka tahan adalah manusia paling jahat di muka bumi. Sebab, mereka bekerja di bawah kepemimpinan Usamah bin Ladin. “Mereka akan membunuhmu saat pertama kali engkau bertemu mereka, “kata para komandan.
.
Tugas para tentara penjaga adalah mengawasi dan menyiksa mereka dengan sadis. Hold Brooks justru memperlakukan mujahidin dengan baik dan sebisa mungkin meringankan siksaan terhadap mereka. Para tawanan sampai menjulukinya ‘penjaga yang lembut’. Para penjaga lain justru menuduhnya ‘sang pengkhianat’.
.
Hal yang paling mengesankan Hold Brooks dari para tawanan adalah senyum ceria di wajah mereka dan ucapan “al-hamdulillah”, segala puji bagi Allah saat malam telah tiba.
.
Hold Brooks adalah seorang ateis. Bersama para penjaga lainnya, ia mengisi waktu luang dengan botol-botol minuman keras dan seks bebas. Pada suatu malam, ia ingin mengobrol dengan tawanan. Ia pergi ke sel tawanan no. 509, seorang muslim Maroko bernama Ahmad Rasyidi. Setelah berbincang-bincang dengannya, Brooks mengalami pencerahan.

Itu kali pertama ia mengenal Islam yang sebenarnya. Bukan Islam yang digambarkan secara buruk oleh media massa AS yang berada dalam kendali kekuatan Yahudi. Sejak itu, tiap malam ia datang ke sel Ahmad Rasyidi untuk belajar Islam. Botol minuman keras, seks bebas, dan kawan-kawan begadangnya ia tinggalkan.

Brooks mulai membeli buku-buku tentang Islam dan membacanya dengan tekun. Sampai akhirnya pada suatu hari, Brooks membawa selembar kertas dan sebuah pena. Disodorkannya ke dalam sel Ahmad Rasyidi melalui celah-celah besi. Ia meminta Rasyidi menuliskan lafal dua kalimat syahadat berbahasa Arab, dalam huruf latin.
.
Hari itu, dengan suara keras ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Namanya diubah menjadi Musthafa Abdullah. Kehidupannya yang semula diisi musik, disko, tato, dan seks bebas telah ditinggalkannya. Ia mulai rajin mengerjakan shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Pada tahun 2005, ia berhenti dari dinas militer. Ia lalu bekerja di Tempa Islamic Centre.
.
Meski hari-harinya telah diisi dengan kegiatan keislaman, bayang-bayang penyiksaan sadis di Guantanamo tetap tergambar jelas dalam benaknya. Begitulah kekuatan Islam, orang-orang yang memusuhinya berbalik menjadi pembelanya saat mereka telah mengenal keindahannya.
.
----------------------------------------------------------------------------------------

Daniel Streich , Dahulu Pembenci Masjid, 
Kini Ia Pencinta Al Quran.
Daniel Streich, anggota Partai Rakyat Swiss (SVP) menjadi sosok terkenal. Bukan saja awalnya dia sangat menentang keras pembangunan masjid di negaranya, melainkan dirinya secara mengejutkan berpindah haluan menjadi seorang Muslim.
.
Situs islamicbulettin.com melaporkan Streich penganut kristen taat. Dia dibesarkan dengan ajaran Kristiani dan semasa kecil pernah bercita-cita menjadi pastur. Namun ketika remaja niatnya berubah. Ia mulai gemar berpolitik dan tanpa ragu terjun langsung menjadi anggota partai ternama di Swiss.
.
SVP bukan partai sembarangan. Di dalamnya terdiri dari cendekia, ilmuwan, pelajar, dan pegiat bukan dari kalangan Muslim. Partai ini menjadi penentang nomor wahid penyebaran Islam di Swiss. Dan Streich adalah sosok yang paling vokal menyerukan penutupan masjid di seantero Negeri Cokelat ini.
.
Streich mempropagandakan anti-Islam ke seluruh negaranya. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Swiss. Ia merasa mimbar dan kubah masjid tidak cocok dengan budaya negara itu. Ia juga menuding Islam sebagai agama teroris, pembuat onar, dan kekerasan.
.
Dalam usahanya menyingkirkan Islam dari Swiss, lelaki ini malah mempelajari Al-Qur’an dan Islam. Ia berharap dengan memahami ajaran Nabi Muhammad itu, dia mampu meruntuhkan iman kaum Muslimin. Yang terjadi, ia malah terpesona dengan ajaran rahmatan lil ‘alamin ini.
.
Semakin jauh Streich belajar Islam, semakin tenggelam dia dalam keindahan ad-Din samawi itu. “Banyak perbedaan saya dapatkan ketika mempelajari Islam. Ajaran Islam memberikan saya jawaban logis atas pertanyaan hidup penting, dan tidak saya temukan di agama saya,” katanya.
.
Presiden Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdul Majid Aldai mengatakan, orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan besar mengetahui Islam dan hubungan antara Islam dengan terorisme, sama halnya dengan Streich.
.
Dulu, Streich sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Al-Qur’an dan melakukan shalat lima waktu setiap hari.
.
Dia keluar dari SVP dan mengumumkan status Muslimnya. Streich bilang, dia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam yang tidak dapat ia temukan dalam ajaran/keyakinan sebelumnya. 
(sumber: IslamIsLogic.wordpress.com)
 .
Ismael Sloan : Alquran Menjawab Setiap Pertanyaanku

Ismail Sloam besar dan tumbuh sebagai penganut Protestan. Ia rutin menghadiri kebaktian di Gereja St. John Episcopal, Lynchburg, Virginia.

Hanya saja selama menjalani rutinitas itu muncul pertanyaan dipikirannya. "Jika Yesus anak Tuhan mengapa ia mati disalib," ujarnya mengenang pemikirannya dulu.

Seiring bertambahnya usia, pertanyaan Sloam kian spesifik dan detail. Ia pun tak ragu untuk bertanya langsung kepada guru sekolah minggu-nya.

Dengan jawaban yang diberikan, ia tak pernah merasa puas. Lalu, ia memberanikan diri bertanya kepada Uskup Mormon.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai terlupakan sampai ia mengunjungi Afganistan. Di negara itu, Sloam untuk kali pertama berinteraksi dengan Muslim.

Ia sendiri tidak begitu paham tentang Islam. "Saya mulai membaca dan mulai tertarik ketika Alquran punya jawaban atas pertanyaan dirinya," kata dia.

Dari Alquran, ia merasa banyak informasi yang lebih detail konsep hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Alquran juga mengakui kitab-kitab sebelumnya.

Setelah kunjungan ke Afganistan, Sloam mulai mempelajari Islam. Ia banyak membaca buku. Selama itu, banyak kejutan yang didapatnya, seperti bahwa agama dan teknologi bisa berjalan beriringan. Saat mempelajari Islam pula ia mengetahui bahwa agama itu menganjurkan setiap Muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Cuma, satu hal penting yang mengejutkannya. Islam menyatakan Yesus seorang manusia biasa. Demikian pula dengan Rasulullah Muhammad SAW, yang juga manusia biasa.

Begitu juga Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi-nabi sebelumnya, mereka manusia biasa. Mereka justru yang mengajarkan risalah ilahi.

Setelah mantap, Sloam mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia bersyukur telah mendapatkan hidayah yang Maha Kuasa untuk menjadi Muslim. Alhamdulillah.
(republika.co.id)

AR Green: Sosok Tuhan Tidak Mungkin Bisa Mati

Apa tujuan hidup di dunia ini?'' Pertanyaan yang terus berkecamuk di hati Abdul Raheem Green itu mengantarkannya pada sebuah pencarian spiritual. Bagi sebagian orang, manusia hidup untuk menjadi kaya. Namun, Green tahu itu bukanlah jawaban yang sebenarnya.

''Benarkah menjadi kaya akan membuat seseorang bahagia?'' tanyanya dalam hati. Ternyata, kekayaan tak berbanding lurus dengan kebahagiaan.

Banyak orang kaya di dunia ini, tapi mereka tak merasakan kebahagiaan. Tak mudah bagi Green untuk menemukan jawaban tentang tujuan hidup di dunia ini.

Ia mencari jawaban atas pertanyaannya melalui jalur spiritual. Ia sempat berganti-ganti agama untuk mendapatkan jawabannya. Namun, beberapa agama yang sempat disinggahinya tak mampu memberikan jawaban. Di akhir pencariannya, ia berkenalan dengan Islam.

Hati Green pun terpikat pada Islam. Agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW mampu memberinya jawaban atas pertanyaan yang selalu mengusik kehidupannya. Lantas, bagaimanakah Islam menjawab pertanyaan seorang pria bernama Green?

Green terlahir dari sebuah keluarga yang menganut Katolik Roma. Keluarganya sangat patuh terhadap ajaran agama. Ayahnya seorang tentara dan ibunya adalah seorang polisi di salah satu kota di Inggris.

Kedua orang tuanya bersepakat membesarkan buah hatinya dengan nilai-nilai agama. Mereka memasukkan Green ke sekolah asrama Katolik. Sekolah asrama itu cukup terkenal di Inggris. Green pun cukup senang belajar di sekolah tersebut.

Selain menimba pelajaran umum, Green dan murid-murid lainnya harus mengikuti pelajaran agama, seperti membaca Alkitab dan sejarah-sejarah Kristen.

Awalnya, tidak ada masalah yang berarti bagi Green ketika belajar di sekolah asrama Katolik itu. Semua mulai berubah ketika ia berpikir tentang Tuhannya, Yesus.

Green berpendapat, sosok Tuhan tidak mungkin bisa mati. Ia juga berpikir, bagaimana mungkin seorang Tuhan memiliki seorang ibu? ''Kalau Tuhan memiliki ibu, maka ibunya adalah  Tuhan dari Tuhan,'' pikirnya. Hal ini mengganjal terus hingga ia dewasa.

*****
Ia tidak dapat menerima kenyataan itu. Lalu, Green berusaha mencari tahu mengapa Tuhan memiliki seorang ibu. Akan tetapi, ia tidak menemukan jawaban atas pertanyaannya itu.

Orang-orang yang ia tanya tidak dapat menjawabnya. Mereka hanya meminta Green untuk memercayai dan mendengarkan apa yang diajarkan padanya.

Namun, rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa takutnya. Green tidak mau menyerah. ''Apabila orang lain tidak dapat menjawabnya, aku akan mencari sendiri jawabannya,'' ujar Green penuh semangat.

Ketika usianya semakin beranjak dewasa, pertanyaan lain muncul dalam hidupnya. ''Apakah yang menjadi tujuan dalam hidup ini? Apakah hidup itu hanya seperti memiliki pekerjaan bagus, hidup yang normal dan indah, serta uang yang banyak? Apakah kehidupan itu seperti itu? Lalu, bagaimana dengan kematian?''

Ia amat yakin kehidupan yang dijalaninya tak semata untuk mengumpulkan uang, memiliki keluarga, dan menjalani kehidupan monoton seperti yang banyak dilakukan orang sekarang. Green meyakini, ada sesuatu yang lebih dari itu.

Karena tidak menemukan jawabannya dari Katolik yang dianutnya sejak lahir, Green mencoba mencarinya dalam agama Buddha. Ia mencari tentang kehidupan di agama Shidarta Gautama itu.

Green mempelajari banyak hal dari Buddha. Meskipun banyak orang menganggap Buddha bukanlah sebuah agama, ia menemukan banyak nilai positif di dalamnya. Tapi, tidak menemukan adanya Tuhan dalam agama tersebut. ''Meski begitu, saya tetap percaya adanya Tuhan, karena saya tahu Dia ada,'' kata Green.

Buddha mengajarkan hidup adalah penderitaan. Manusia harus mencari jalan keluar sendiri untuk melepaskan diri dari penderitaan dan mencapai nirwana. Green merasa hal ini tidaklah sesuai dengan hatinya. Memang, ia menemukan banyak ajaran baik dalam Buddha.

Tapi, kalau hidup penuh penderitaan? Green harus berpikir ulang. Ajaran Buddha tidak lagi membuat perasaannya tenang dan Green tidak menemukan jawaban dari pertanyaan fundamentalnya: ''Mengapa manusia ada di bumi?''

*****

Tak puas dengan apa yang ia dapatkan di ajaran agama lain, Green sempat memutuskan untuk membuat agama sendiri.

Ia mengombinasikan agama-agama dan filosofi yang ia pelajari selama ini menjadi satu dan membuatnya menjadi 'Agama Green'. ''Masa-masa itu menjadi pengalaman spiritual terburuk dalam hidup saya,'' aku Green mengenang.

Karena tidak menemukan kebenaran juga, Green mulai berpikir, mungkin memang tidak ada agama yang benar di dunia ini. Mungkin, semuanya memang seperti ini adanya dan ia harus menerima itu.

Barangkali, di dunia ini tidak ada jawaban yang dapat membuatnya paham mengenai apa yang harus manusia lakukan dan apa tujuan manusia dilahirkan.

Sempat ia hampir menerima kenyataan tujuan dalam hidup ini hanyalah mencari uang dan menumpuk kekayaan. Masalahnya, Green bukanlah orang kaya dan dia belum cukup kaya untuk mencapai 'tujuan hidup' yang ia maksud. Ia harus banyak belajar dari orang-orang yang bisa menghasilkan banyak uang.

Ia mengetahui orang Arab sangatlah kaya karena minyak yang dihasilkannya. ''Mereka tinggal mengatakan Allahu Akbar, lalu uang muncul di depan mereka. Semudah itu?'' kata dia.

Terpikir pula olehnya agama yang dianut orang-orang Arab, yakni Islam. Agama ini belum pernah disentuh Green sebelumnya. Karena penasaran, akhirnya Green mempelajari terlebih dahulu agama yang berasal dari Timur Tengah ini, sebelum ia memutuskan untuk menjadi kaya.

Green membeli sebuah terjemahan Alquran di toko buku dan membacanya. Green membacanya berkali-kali dan menemukan ada yang tidak biasa dalam buku tersebut. Green merasa buku ini tidak ditulis sembarang orang. Dari situ, Green mulai mempelajari tentang Islam.

Perlahan-lahan ia mulai menyadari Islam adalah agama yang menjawab semua pertanyaannya. Islam memberinya pedoman dalam kehidupan dan memberikan cahaya pada setiap jalan yang ia tempuh.

Islam juga menjawab pertanyaan Green mengenai Tuhan. Tuhan adalah satu dan ia tidak memiliki ibu juga tidak mati. Tuhan adalah pencipta seluruh alam dan melalui para nabi, Tuhan menyampaikan apa yang perlu manusia lakukan di dunia dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.

''Saya menyadari, buku ini berasal dari Tuhan. Dia telah memberikan jawaban atas pertanyaan saya selama ini,'' kata Green bahagia.

Ia juga menemukan jawaban atas tujuan hidup di dunia ini, yakni untuk beribadah dan menyembah Sang Khalik demi mendapat kehidupan yang abadi di hari akhir.''

Kini, Green berkhidmat dalam Islam. Ia mempelajari Islam dan menyebarkannya. Dakwah adalah jalan hidupnya. (sumber: republika.co.id)
  ____________________________________________________________________________________
PENGALAMAN satu hari mengenakan hijab menyebabkan seorang warga Inggris berusia 21 tahun mempelajari Islam lebih banyak dan akhirnya memeluk agama Islam.

“Saya ikut ambil bagian dalam peringatan Hari Hijab Dunia pertama dan menantang diri untuk mengenakan jilbab selama sebulan,” tutur Jessica Rhodes kepada Muslim Mirror.

“Saya kemudian mulai membaca al-Qur’an dan kata-kata dalam Al-Qur’an tampak logis dan jelas, bukan seperti yang ada dalam Alkitab seperti omongan biasa saja.”

Rhodes dari Norwich, merupakan salah satu dari sejumlah non-Muslim di seluruh dunia yang mengenakan jilbab sebagai bagian dari Hari Hijab Dunia tahunan pada tanggal 1 Februari.

Acara ini dimaksudkan untuk menghapus kesalahpahaman bahwa jilbab, pakaian wajib wanita, adalah simbol penindasan perempuan dalam Islam.

Setelah terbiasa mengenakan pakaian muslim, Rhodes mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi tanpa mengenakan jilbab. Ada ketidaknyamanan saat meninggalkan hijab.

Setelah pengalaman berhijab itu, Rhodes mulai membaca lebih banyak tentang Islam.

“Saya juga melakukan penelitian ke dalam Islam secara keseluruhan dan merasa bahwa Islam adalah agama inklusif yang bisa memberikan jawaban yang saya cari,” katanya.

Memutuskan untuk masuk Islam, tentunya Rhodes disambut dengan berbagai reaksi dari orang-orang di sekelilingnya.

“Rasanya campur aduk,” kenangnya.

“Orang tua saya tidak senang tapi mereka menerima keputusan saya. Mertua saya bahkan sangat mendukung keputusan ini,” kata Rhodes.

“Teman-teman saya dengan berbagai reaksinya. Beberapa orang senang dengan keputusan saya, sedangkan yang lain ingin berdebat dengan saya tentang hal itu, dan yang lain berjalan keluar (pergi) begitu saja dari hidup saya.”

“Pikiran-Sempit”

Muslimah ini mengeluhkan bahwa banyak Muslim yang gagal merangkul muallaf untuk membantu menambah pengetahuan mereka tentang Islam.

“Saya memiliki beberapa dukungan, tetapi sepertinya tidak banyak orang yang ingin merangkul saya,” keluh Rhodes.

“Padahal saya selalu membutuhkan bantuan.”

Dia mengatakan bahwa banyak Muslim yang masih “berpikiran sempit” tentang penafsiran yang berbeda dari Al-Qur’an.

“Ketika saya pergi dan bertanya, orang mengutip ayat dalam Al Qur’an kepada saya dan tampaknya tidak terbuka untuk menerima penafsiran seorang mualaf terhadap Al-Qur’an,” kata Rhodes.

Muslimah ini juga mengeluhkan bahwa reaksi dari beberapa Muslim kadang-kadang meragukan keislamannya.

“Kadang-kadang saya tidak yakin – reaksi dari sebagian umat Islam yang meragukan keislaman saya. Hal ini membuat saya merasa seperti saya harus meninggalkan Islam dan kembali ke paganisme seperti dalam agama yang saya pilih dulu. Dan tak seorang pun peduli jika saya melakukan hal-hal dengan cara saya atau cara lain,” katanya.

“Adapun umat Islam yang ada di tangan Allah. Jika orang di seluruh dunia, dari semua lapisan masyarakat, lebih berpikiran terbuka mungkin kita dapat bergerak lebih maju dari sekarang, ” kata Rhodes.

“Tapi jika tidak, kita hanya akan terus berada dalam lumpur kesalahpahaman, kemarahan dan perang yang sia-sia.” [hf/islampos/onislam]
Kara Allouzi - Ketika Hidayah Mengantar 
Kara Allouzi pada Islam
Sekolah Islam anaknya justru membuatnya mengenal Islam.

Menikah dengan seorang pria Muslim tak serta-merta membawa Kara Allouzi pada hidayah. Ia tetap kokoh pada agama yang diajarkan kedua orang tuanya hingga ia memiliki anak yang bersekolah di sekolah Islam.

Awalnya, wanita Amerika ini enggan menyekolahkan anak-anaknya di madrasah. Namun, atas permintaan suaminya yang sakit, ia pun terpaksa memasukkan buah hatinya ke sana dengan berat hati.

Tak disangka, sekolah Islam sang anak justru membuatnya mengenal Islam. Wanita 45 tahun ini pun tak segan belajar agama Islam bersama dengan anaknya. “Setelah saya menempatkan mereka di sekolah, saya datang ke sana dan merasa betapa indah Islam itu. Sekolah mereka benar-benar menunjukkan keindahan agama. Bukan hanya sisi agama, tapi juga cara hidup,” ujar Kara.

Kisah hidayah Kara sebenarnya telah dimulai sejak ia menikah dengan seorang Muslim. Suaminya seorang Muslim yang taat dan baik hati. Kara pun belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dari sang suami. Namun, saat itu hati Kara belum merasakan manisnya hidayah. Wanita kelahiran Amerika ini hanya belajar, namun sama sekali tak berniat untuk pindah agama.

Hingga kemudian suaminya jatuh sakit. Pada saat yang sama, sebuah sekolah Islam dibuka. Sang suami pun segera ingin memasukkan anak-anaknya ke sana. “Karena dia sakit, aku pun setuju. Tapi, sebenarnya aku tak ingin menempatkan mereka di sana. Bukan karena aku tidak ingin anak-anakku menjadi Muslim, tapi karena aku takut mereka menjadi unit kecil Muslim. Suamiku dan anak-anak sebagai Muslim dan aku akan menjadi orang luar, orang asing,” kata Kara.

Sejak kecil, Kara dibesarkan dekat dengan gereja. Ayahnya merupakan seorang Katolik dan ibunya beragama Protestan. Keduanya merupakan nasrani yang taat. Namun, Kara berkisah ia mendapat teka-teki tentang Tuhan Allah saat mengingat masa lalu. Teka-teki konsep ikhlas dari orang tuanya yang selau mengajarkan Kara agar melakukan segala sesuatu karena Allah.

“Orang tua membesarkan saya sebagai kristiani, tetapi pada saat yang sama mereka juga membesarkan saya layaknya seorang Muslim. Mereka dulu selalu mengatakan, ‘Jangan lakukan ini, jangan lakukan itu karena kami yang melarangnya. Tapi karena Allah-lah yang meminta untuk tidak melakukan itu’,” ujar Kara.

Dengan kata lain, Kara telah belajar konsep ikhlas di masa lalu, sedangkan konsep Islam setelah menikah. Mempelajari tiga tiang agama secara terbalik, Kara pun kemudian mencari tahu tentang konsep iman.

Hati kara telah dipenuhi moralitas agama sejak kecil. Namun, keyakinan Islam belum dirasa cukup bagi Kara. Hingga ia berkunjung ke sekolah Islam tempat anak-anaknya belajar. “Sekolah mereka benar-benar menunjukkan keindahan agama, bukan hanya sisi agama, tapi juga cara hidup,” kata Kara.

***

Maka, dimulailah saat bagi Kara melakukan pencarian hidayah. Berbekal apa yang telah terjadi dalam kehidupannya yang seakan-akan telah mengantarkannya pada hidayah, Kara pun mencari bimbingan tentang Islam. Tak sulit bagi Kara mendapatkannya dan tak memakan waktu lama hingga akhirnya ia mantap berislam. Pada 1993 Kara pun memeluk Islam. Sudah hampir 20 tahun Kara menjadi mualaf dan ia sangat bahagia dan besyukur.

Setelah berislam, Kara tak pernah merasa mendapat tantangan yang berat. Ia dapat hidup normal meski Islam merupakan agama minoritas di AS. “Ketika kita non-Muslim menjadi Muslim, kita dapat hidup normal. Jangan berpikir tentang apa yang mungkin terjadi kepada Anda, tapi cari tahulah apa yang akan terjadi pada hidup Anda yang akan menjadi indah. Dengarkan hati Anda dan jangan mendengarkan orang lain,” ujar Kara  memberikan saran kepada para non-Muslim yang membaca kisahnya.

Kara membagi perasaannya yang begitu bahagia setelah berislam. Menurutnya, kedamaian meliputi hidupnya pascamemeluk Islam. Sukacita juga memenuhi hidup Kara setelah menjadi mualaf. Ia pun tak pernah berpikir untuk melepaskan hidayahnya.

Pindah ke Yordania
Setelah merasakan manisnya hidayah, Kara memulai hidup baru. Ia memilih hijrah ke Aman, Yordania. Di sana ia pun membangun bisnis les bahasa Inggris untuk orang Arab. Suaminya yang telah sehat pun membantunya membangun bisnis tersebut.

Kara memiliki kekuatan akademis, sedangkan suaminya pandai membangun hubungan dengan orang-orang Arab, termasuk mengurus ke kementerian. Jadilah keluarga Kara bekerja sama mempromosikan tempat belajar bahasa Inggris tersebut.

“Saya direktur untuk ESC Center di Amman, Yordania. Kami mengajarkan bahasa Inggris untuk kalangan dewasa. Ini benar-benar diurus keluarga. Suami saya sangat membantu saya. Ke depan, kami berharap membuka center lain di kawasan Timur Tengah, di wilayah Teluk, bahkan di Suriah dan Lebanon. Insya Allah,” ujar Kara.   (
MUALLAF - rol)
Hans, seorang pria asli Belanda berusia 72 tahun
AMSTERDAM - Mengundang banyak tokoh pembicara dan mualaf dari seluruh Belanda, Muslim Belanda mengadakan acara pada hari Ahad, 31 Maret untuk menyambut orang-orang yang baru memeluk Islam.

"Saya sangat senang hari ini," kata Hans, seorang pria asli Belanda berusia 72 tahun, kepada kantor berita Kuwait, KUNA , sebagaimana dilansir onislam.net Senin 1 April.

Hans menyatakan memeluk Islam saat Hari Mualaf Nasional Muslim Belanda di Masjid Biru di Amsterdam.

"Saya mendapat pengaruh dari anak laki-laki saya dan istrinya dan juga 3 cucu saya."

Pria sepuh tersebut diantara 9 orang Belanda yang mengucapkan syahadat dalam acara tersebut. Hans mengaku terpikat dengan Islam setelah melihat kehidupan keluarga anaknya yang bahagia.

"Saat saya melihat bagaimana anak saya dan istrinya berbicara dengan sopan dan beribadah kepada Allah dan karena hidayah Allah, saya sangat terkesan," ujar Hans.

"Saya sekarang akan mencoba lebih memahami Islam dan mempelajari Al Quran dan menghadiri kajian."

Anaknya memeluk Islam 8 tahun lalu setelah dikenalkan kepada Islam oleh istrinya yang keturunan Tunisia.

Acara tahunan Hari Mualaf ke 6 diselenggarakan oleh yayasan Discover Islam Foundation bekerjasama dengan lembaga National Platform for New Muslims di Belanda.

Lebih dari 1000 orang menghadiri acara ini, termasuk ulama terkenal asal Amerika Yusug Estes, tokoh Islam asal Yunani Hamza Tzortziz dan Farouk Al Zouman, orang pertama asal Arab Saudi yang berhasil mendaki Mount Everest pada tahun 2008.

Jumlah orang asli Belanda yang menjadi mualaf telah meningkat sebesar 15.000 dari 12.000 selama beberapa tahun belakang, menurut Jacob von der Blom, juru bicara acara tersebut.

Bulan lalu, Arnoud Van Doorn, tokoh penting partai sayap kanan yang dipimpin politikus kontroversial Geert Wilders, menyatakan diri masuk Islam setelah melakukan penelitian terhadap Islam dan umat Islam.

Terdapat sekitar 1 juta muslim di Belanda dari total 16 juta penduduk Belanda. Kebanyakan mereka adalah imigran dari Turki dan Maroko. (sumber: muslimdaily.net)