Jacques-Yves Cousteau Penemu Sungai Dalam Laut Itu Pun Masuk Islam
“ Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. ” (Q.S Al Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari PRANCIS. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Captain Jacques Yves Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi
“Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan”
Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
“Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan”
Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
Subhanallah… Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”
Professor Neurosains Masuk Islam Setelah Mengetahui Keajaiban Sujud
DR.FIDELMA O’Leary mendapatkan penghargaan Woman of Spirit tahun 2012. Ia adalah seorang Professor Biologi di Universitas St. Edward di Austin, Texas, AS.
Wanita asli Texas yang berprofesi sebagai Professor Neurosains di Universitas Texas ini, telah menemukan kedamaian dalam islam. Dr Fidelma, yang juga sebagai seorang Dokter Neurologi di sebuat rumah sakit di AS, terpukau ketika melakukan kajian terhadap syaraf-syaraf di otak manusia. Satu hal yang membuat dia terpukau adalah ketika mengetahui bahwa terdapat beberapa urat syaraf manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah agar bisa berfungsi secara normal.
Setelah mengadakan penelitian dengan seksama dan memakan waktu yang lama, Dr Fidelma akhirnya mendapati kenyataan bahwa urat-urat syaraf di otak itu tidak dimasuki darah kecuali bila seseorang sedang shalat, yakni ketika posisi sujud! Ternyata urat syaraf itu memerlukan darah hanya beberapa saat saja, yakni ketika seseorang shalat.
Setelah penelitian itu, Dr Fidelma mencari tahu tentang Islam, lewat buku-buku keislaman dan diskusi dengan rekan-rekannya yang Muslim. Dan akhirnya, dengan kesadaran penuh, Dr Fidelma mengikrarkan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Allah SWT berkenan memberinya hidayah atau petunjuk pada iman. Keyakinannya pada agama Islam yang baru dianutnya itu demikian besar. Sekarang Dr Fidelma membuka klinik,”Pengobatan dengan Al-Qur’an”. Dia terus mengkaji pengobatan Islami dan memberikan pengobatan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan apa saja yang dianjurkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw, misalnya dengan berpuasa, madu, habbatussauda (jinten hitam), minyak zaitun, dan sebagainya.
Allah SWT berfirman:
“Dan apabila kamu menyeru untuk mengerjakan shalat, mereka menjadikannya (shalat itu) sebagai ejek-ejekan dan permainan. Yang demikian itu ialah karena mereka suatu kaum yang tidak berakal.”
(Q.S Al Maidah: 58).
[sm/islampos/resep/brbagaisumber]
Bakhredtin Khakimov (Sheikh Abdullah)
33 Tahun Menghilang, Tentara Soviet ini Menjadi Muslim di Afghanistan
Masha Alalykina, Mantan Model Top, Masuk Islam, Benci pada Foto Dirinya di Masa Lalu
MASHA Alalykina sangat membenci foto-foto dirinya sewaktu menjadi model dahulu. Dengan menjadi model, semua auratnya terbuka dan dilihat orang dari seluruh dunia. Ketika ia masuk Islam, ia merasa memulai sebuah hidup baru.
“Seseorang dapat bertobat dan membersihkan kesalahan masa lalu dengan beramal shaleh, Insya Allah,” ujarnya.
Hingga 2006, Masha merupakan artis dan model terkenal di Rusia dan negara-negara berbahasa Rusia lainnya. Saat itu Masha mencapai puncak popularitas dan Fabrik, grup musiknya, juga merupakan grup music papan atas di Rusia.
Sekarang, Masha memakai jilbab dan mengalihkan aktivitas keartisannya dengan mengajar. Masha mengatakan dia membenci masa lalunya dan merasa bahwa baginya saat ini lah kesuksesan yang sesungguhnya.
Saat masih menjadi penyanyi, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya bahwa dia akan menjadi seorang muslim, berpuasa, menunaikan ibadah haji, dan meminum air zamzam. Masha berpindah keyakinan menjadi muslim pada tahun 2006.
Saat itu Masha mendapat kabar bahwa salah satu teman terdekatnya di kota lain mengalami koma. “Saya tidak tahu bagaimana saya dapat menolong teman saya. Hari itu, untuk pertama kali, saya berdoa dan memohon pada Tuhan,” ungkapnya dalam sebuah wawancara.
Hari berikutnya, teman Masha tersebut menelepon Masha dan berkata bahwa ketika koma, dia melihat Masha menolongnya. Masha menangis seketika karena itu pertama kali dalam hidupnya Masha menginginkan sesuatu dari Tuhan. Saat itu juga Masha mulai meninggalkan kesuksesannya dan menerima Islam.
“Sebuah keimanan kepada Allah telah mengubah hidup saya. Keinginan untuk beriman kepada Allah ada dalam hati nurani setiap orang. Saya tidak percaya bahwa Allah memberikan kecerdasan manusia hanya untuk kita hidup, makan, tidur, dan kemudian mati. Allah memberi kita kesempatan untuk hidup pada jalan yang dengan itu kita dapat mencapai-Nya,” Masha menguraikan.
Masha melihat Islam memiliki landasan yang paling kuat dalam hubungannya dengan agama lain. Ia melihat bahwa semua aturan Islam dapat diterapkan dalam kehidupan, dan menurutnya, jalan Islam adalah jalan kesuksesan.
“Saya merasa bersyukur. Sekarang saya mendapat kesempatan untuk membandingkan bagaimana saya dahulu dan sekarang. Sekarang saya menjalani kehidupan yang sebenarnya dan kemudian saya berhasil.”
Pada awalnya Masha merasa berat mempelajari bahasa arab pada Al-Qur’an, namun ketika menjalaninya, Masha menyukainya. “Saya pikir ini adalah kunci untuk mempelajari pengetahuan lainnya,”
Saat ini Masha mengajar di universitas. Masha menguasai 5 bahasa di Eropa dan menulis beberapa lagu Islam. Ia masih tetap menikmati musik, namun beralih pada Nasyid seperti Raihan, Sami Yusuf, dan Yusuf Islam. [(sumber: islampos/scanfree]
Jasmine Crawford: ‘Sebelum Memeluk Islam, Saya Hanya Tahu Islam Itu Teroris & Wanitanya Tertutup’
Pada mulanya memang agak sulit karena agak sukar untuk saya melepaskan masa lalu saya. Alhamdulillah, saya melakukan perbuatan yang benar.
Sebelum memeluk agama Islam, saya hanya mengetahui Islam seperti orang kebanyakkan mengetahuinya, bahwa Islam adalah teroris dan wanitanya bertutup. Sayangnya saya memang hanya kenal sebagian Muslim yang tidak mengamalkan ajaran Islam dan mereka ini tidak mewakili Islam sebagaimana layaknya. Dan mereka ini lebih gemar keluar dengan non Muslim, mereka memberikan gambaran Islam yang salah.
Maka saya berpikir sama seperti kebanyakkan orang lain, bahwa Islam hanya cara hidup dan bukan agama sebenarnya, seperti apa yang dilakukan oleh orang lain.
Saya mempunyai beberapa orang teman Muslim, maka pintu terbuka untuk saya menjenguk ke dalam. Sekali lagi saya mengetahui tentang Islam, saya juga mendalami Judaisme, Kristen dan Islam. Begitulah saya mengenali Islam karena saya punya teman Muslim.
Yang Paling Menarik: Tiada Tuhan Selain Allah
Apa yang paling menarik dalam Islam bagi saya ialah Tiada Tuhan Selain Allah; Anda langsung menuju Tuhan, karena selama inipun saya memang melakukan hubungan langsung dengan Tuhan. Bukan ada satu hal yang tertentu karena banyak sekali perkara yang berlaku dalam pencarian saya yang membuat saya merasakan bahwa ia benar bagi saya. Bahwa al-Quran tidak pernah berubah merupakan satu hal yang penting bagi saya, dan adanya bukti-bukti saintifik dalam al-Quran, semuanya dalam Islam dapat diterima oleh akal. Islam lebih logis dari agama-agama lain.
Dalam keluarga, hanya saya seorang Muslim. Ada juga saudara jauh yang memeluk agama Islam. Tetapi dalam keluarga, hanya sayalah seorang Muslim. Saya bergantung pada ibu saya!
Alhamdulillah, hubungan saya dengan orangtua baik sekali. Saya mencintai kedua orang tua saya. Ketika saya baru mempelajari Islam, ayah saya jatuh sakit. Dia terkena kanker sekali lagi. Ibu saya merupakan seorang yang terbaik…. Alhamdulillah. Dia membantu saya dalam segala hal. Dia membantu saya dengan membangunkan saya untuk shalat Subuh, dia membelikan makanan halal untuk saya, dia benar-benar seorang wanita yang cantik. Saya begitu dekat dengan ibu saya. Ayah saya meninggal dunia pada Juli 2011. Kami punya hubungan yang baik.
Satu-satunya pertanyaan yang dikemukakan oleh ibu saya ialah “Ibu pikir kamu hanya akan mempelajari Islam?” Selain itu, mereka bukanlah penganut Katolik yang keras. Subhanallah, mereka berkata; “Seandainya Islam membuat kamu bahagia, selagi kamu tidak menganggu orang lain, lakukanlah. Lakukanlah apa yang membuat kamu bahagia”.
Amat mudah menjadi seorang Muslim Amerika di New York. Selagi Anda percaya diri dan punya keyakinan. Sementara memakai jilbab akan dinilai oleh orang lain sebagai gaya Anda. Mereka tidak sadar bahwa saya seorang Muslim. Karena jika Anda melihat apa yang dipakai orang ketika ini, mereka akan mengenakan segala macam rupa sehingga sebagian orang tidak sadar Anda seorang Muslim. Banyak orang yang bertanya dengan saya, dan saya dapat melihat bahwa orang-orang ini sebenarnya baik terhadap saya.Mereka tidak seburuk seperti yang saya pikirkan. Di New York, sangat mudah untuk mencari apa yang Anda inginkan. Saya bisa memastikan di kota-kota lain tidak semudah di New York. Kami punya toko-toko yang menjual makanan halal di setiap penjuru kota. Maka semua menjadi mudah sekali.Belakangan saya banyak makan ikan! Saya merasakan amat senang menjadi seorang Muslim di kota New York.
M.E.C.C.A (Muslim Education and Converts Center of America) adalah sebuah organisasi non-profit. Kami menawarkan kelas. Kami punya program baru untuk Muslim yang menayangkan kepada Muslim baru bagaimana menunaikan shalat, dan semua masalah penting yang Anda perlukan untuk menjadi seorang Muslim. Ketika Anda baru memeluk agama Islam, ia mungkin amat menakutkan dan menakjubkan, kemudian Anda mengucapkan dua kalimah syahadah, dan Anda telah menjadi seorang Muslim. Anda berjalan sendirian dan tidak ada siapapun yang akan mengulurkan bantuan kepada Anda. Anda datang ke sini. Anda mengikuti kelas dengan rekan-rekan lain yang juga memeluk agama Islam dengan bimbingan dari guru-guru berkelayakan yang telah belajar di luar negeri.
Kami juga menawarkan kursus bahasa Arab, akidah dan fiqih. Kami juga mempunyai kelompok bantuan untuk mereka yang baru memeluk agama Islam, bagi Muslimah yang melalui pengalaman yang sama, seperti mereka tidak pasti sama ada mereka bisa mengenakan jilbab atau tidak, kami akan membantu mereka. Kami menawarkan kelas-kelas yang menarik. Kelas-kelas itu bukan hanya untuk Muslim, yang bukan Muslim juga bisa mengikutinya. Di sini kami punya mereka yang baru memeluk Islam, yang lahir dalam Islam, dan mereka yang berminat untuk mengetahui dan mempelajari Islam lebih jauh
Kami juga menawarkan bantuan kepada bukan Muslim atau dengan kata lain kepada mereka yang baru memeluk Islam. Kami punya kumpulan khusus untuk Muslimah dan Muslim, dimana kita akan berkumpul, makan dan bincang bersama akan masalah-masalah yang kita hadapi atau apa yang mereka lalui. Sebagian orang mempunyai situasi yang serupa dengan keluarga mereka atau kawan mereka tidak lagi ingin bercakap dengan mereka. Hal ini memang emosional. Adalah sulit untuk melaluinya dan mereka merasa sendirian, dan kami semua di sini punya hubungan. Seperti sebuah keluarga kecil dan kita semua punya situasi yang sama. Ia merupakan sebuah tempat yang besar, Alhamdulillah.
Mereka yang baru memeluk Islam datang dari berbagai tempat. Saya merupakan campuran hitam dan putih. Ada yang berasal dari Irish, Afrika, dan India. Malah kami juga punya orang Cina. Ada yang dari Spanyol. Yang berkulit putih. Kami punya berbagai ragam, ras, dan bangsa. Inilah Kota New York, Anda akan dapat semuanya. [(sumber: sa/islampos/onislam]
Aasiya Inaya,
Dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang menganut agama Hindu yang meyakini bahwa Tuhan itu ada dalam berbagai wujud mulai dari air, sungai, batu sampai pepohonan. Oleh sebab itu, Asiya mengaku bangga sebagai penganut politheis, yang meyakini bahwa semua obyek ciptaan Tuhan layak disembah karena menurutnya, di setiap benda ada bagian Tuhan di dalamnya.
Tapi keyakinan Aasiya mulai berubah ketika ia mengenal Islam, yang mengawali perjalanan panjangnya menjadi seorang Muslimah. Sebelum memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat, Aasiya mengalami pergumulan jiwa yang hebat. Di satu sisi ia mengakui kebenaran Islam, tapi sisi hatinya yang lain masih membuatnya ragu menjadi seorang Muslim.
“Saya pertama kali mengenal Islam di sekolah menengah atas. Mayoritas teman-teman sekelas saya adalah Muslim dan setiap waktu istirahat kami biasa berdiskusi tentang Islam, utamanya karena propaganda anti-Islam yang dilancarkan organisasi-organisasi Hindu di India pasca serangan 11 September dan kerusuhan di Gujarat,” kata Aasiya.
Ia melanjjutkan,”Sepanjang pembicaraan, mereka (teman-teman Muslim Aasiya) berusaha untuk meluruskan berbagai pandangan-pandangan saya yang salah tentang agama monoteis, hak perempuan, status mereka dan berbagai mitos tentang Islam yang klise.”
“Tapi, upaya mereka tidak begitu meyakinkan saya. Saya tetap memegang teguh keyakinan saya dan tetap bangga sebagai penganut politheis,” tukas Aasiya.
Meski demikian, ia mengakui bahwa sikap anti-Muslimnya agak berkurang setelah mendengar penjelasan dari teman-temannya yang Muslim. “Saya mulai merasa tersentuh dengan penderitaan mereka, bagian dari masyarakat kami, yang harus termarginalkan hanya karena ingin menjalankan ajaran agama mereka. Pandangan-pandangan saya pun jadi agak sekular …” sambung Aasiya.
Tapi semua itu belum menggerakkan hati Aasiya untuk memeluk agama Islam. Aasiya mulai beralih ke kelompok Arya Samaj, sebuah kelompok penganut agama Hindu yang keluar dari mainstream Hinduisme. Kelompok ini meyakini bahwa Hinduisme adalah agama monoteis dan tidak mengajarkan umatnya untuk menyembah berhala. Setelah menjadi bagian kelompok ini, Aasiya tidak lagi menyembah banyak benda, ia melakukan ritual Arya Samaj dan jadi rajin ke kuil.
Setelah beberapa waktu menjalani ritual Arya Samaj, Aasiya menemukan bahwa keyakinan ini juga memiliki banyak cacat dan kekurangan. “Saya merasa kembali berada di sarang laba-laba yang sama, dimana ritual dan penyembahan terhadap api menjadi bagian integral keyakinan itu, sama seperti keyakinan yang saya anut dahulu,” paparnya.
“Tapi saya menyebut itu semua sebagai langkah panjang, sebelum akhirnya saya sampai pada keputusan untuk memeluk agama Islam,” ujar Aasinya.
“Kejelasan tentang Islam mulai saya rasakan begitu kuat ketika saya menjadi mahasiswa fakultas hukum. Ketika itu saya mengikuti kuliah tentang hukum keluarga dalam agama Hindu dan Islam, mulai dari hukum perkawinan, perceraian dan urusan keluarga lainnya.”
“Saya menemukan bahwa hukum keluarga dalam agama Hindu banyak memiliki celah kelemahan karena beragamnya aturan terkait masalah teknis, perbedaan pendapat, sehingga hukum keluarga dalam agama Hindu kerap membingungkan dan tidak pasti. Di sisi lain, hukum keluarga yang diatur oleh Islam, sangat jelas, cermat dan pasti,” tutur Aasiya.
Sejak perkualiahan itu, pandangan Aasiya terhadap Islam berubah total. Selama ini, Aasiya memandang Islam sebagai agama yang kaku dan keras. “Saya melihat umat Islam sebagai umat yang statis, hidup berdasarkan pada masa lalu sementara dunia terus berkembang. Buat saya, apa yang diyakini umat Islam tidak masuk akal, tidak praktis, kejam dan ketinggalan jaman,” kenang Aasiya mengingat pandangan-pandangannya terhadap Islam di masa lalu.
“Tapi, sejak perkuliahan itu, pendapat saya langsung berubah hanya dalam satu malam. Apa yang selama ini saya anggap statis ternyata sebuah kestabilan. Ini membuat rasa ingin tahu saya tentang Islam memuncak dan saya menghabiskan waktu berjam-jam di internet untuk bicara dengan teman-teman saya yang dulu menjelaskan tentang Islam pada saya,” papar Aasiya.
Selain bertanya pada teman-temannya yang Muslim, Aasiya juga mencari berbagai informasi tentang Islam di internet dan aktif mengikuti berbagai forum diskusi. Pengetahuan Aasiya yang mulai bertambah tentang Islam mempengaruhi sikap dan pandangan Aasiyah tentang Islam ketika ia berkumpul dan membahasnya dengan sesama temannya yang beragama Hindu. Perubahan sikap dan pandangan Aasiya, tentu saja tidak mendapat tanggapan negatif dari sahabat-sahabatnya yang Hindu.
“Mereka menyebut bahwa saya sudah mengalami ‘cuci otak’ yang ingin mengubah penganut Hindu menjadi pemeluk Islam,” kata Aasiya tentang pendapat teman-teman Hindunya.
Saat itu, Aasiya mengaku khawatir dan takut melihat ketidaksetujuan teman-temannya tentang Islam dan ia merasa telah mengkhianati teman bahkan keluarganya. Tapi keyakinan Aasiya akan kebenaran Islam justeru makin kuat dan ia merasa tidak bisa lari dari kebenaran itu.
“Sampai kapan orang bisa menghindar dari kebenaran ?
Anda tidak bisa hidup dalam kebohongan dan menerima kebenaran membutuhkan keberanian
Seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran dalam surat An-Nisaa;
‘ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan’.”
“Hari itu, semua rasa kekhawatiran saya lenyap. Saya merasa, jika saya tidak pernah memeluk Islam dan selamanya saya tidak akan pernah memiliki Islam, saya akan tetap dicengkeram oleh kompleksnya kehidupan yang materialistis ini, dimana hawa nafsu membuat kita enggan melakukan hal-hal yang benar,” tandas Aasiya.
Aasiya akhirnya memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang Muslim. “Alhamdulillah, hari ini saya menjadi seorang Muslimah. Saya berusaha belajar dan terus belajar al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw. Insya Allah, saya akan mengikuti sunah-sunahnya dengan lebih baik. Dengan bantuan beberapa teman dan sebuah organisasi Islam, saya belajar salat lima waktu,” tuturnya.
Persoalan Aasiya sekarang adalah memberitahukan tentang keislamannya pada teman-teman Hindunya dan orangtuanya. “Cepat atau lambat, saya pasti akan memberitahu mereka. Saya berharap mereka menghormati keputusan saya dan saya berdoa, semoga Allah swt memberikan kekuatan sehingga saya bisa istiqomah dengan keputusan saya menjadi seorang Muslim,” tandas Aasiya.
____________________________________________________________________________
Sebelum Masuk Islam, Marcos Sangat Benci Bulan Ramadhan
SEBELUM jadi seorang mualaf, Marcos biasa menghina orang Islam yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan. “Mereka menyiksa tubuhnya sendiri dengan berpuasa,” kenang Marcos.
Tinggal di UAE selama sembilan tahun sebagai seorang Kristen, Marcos mengingat hari-hari di bulan Ramadhan sebagai mimpi buruk.
“Bagi saya dan rekan-rekan saya, Ramadhan adalah mimpi buruk. Ini adalah bulan di mana kami semua terbatas hanya di rumah saja karena semua bar ditutup,” tuturnya.
“Ini bukan satu-satunya hal yang saya benci tentang puasa Ramadhan, tetapi juga pengobatan yang sulit untuk tubuh dan jiwa. Saya dulu percaya tubuh memiliki keinginan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, saya merasa bahwa puasa adalah penyiksaan yang tidak bisa dibenarkan dan tidak logis,” ujar pria asal seorang Filipina ini kepadaArab News.
Tapi kemudian Marcos menemukan Islam setelah berdiskusi panjang dengan teman sekamarnya, seorang muslim. Dan kemudian, pandangannya soal puasa berubah total.
“Setelah Allah membimbing saya untuk Islam dan setelah berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan, saya menemukan bahwa semua ide saya sebelumnya tentang hak-hak tubuh seseorang tidak benar dan bahwa meluruskan tubuh kita setahun sekali adalah kebijaksanaan yang agung,” kata Marcos yang kemudian mengganti namanya menjadi Moamen—atau Ahmad Amen.
“Itulah mengapa Allah memerintahkan kita untuk berpuasa satu bulan dalam setahun dan tidak sepanjang tahun.”
“Puasa membawa Muslim lebih dekat kepada Allah. Saya tidak melebih-lebihkan jika saya mengatakan bahwa saya merasakan ketenangan yang belum pernah dirasakan di sepanjang hidup saya,” Moamen menyimpulkan.
[(sumber: sa/islampos/arabnews]