Keutamaan Puasa & Pahala Pada Orang Yang Berpuasa
“SETIAP amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya. Tidak heran jika kemudian orang yang berpuasa mendapat kedudukan istimewa di hadapan Allah swt.
Keutamaan puasa
1. Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka,”
(HR Ahmad).
2. Puasa akan Memberikan Syafa’at bagi Orang yang Menjalankannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an pula berkata, ’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda,’Maka syafa’at keduanya diperkenankan,”
(HR Ahmad).
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni,”
(HR Bukhori).
Ganjaran Bagi Mereka Yang Berpuasa
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misk,”
(HR Bukhori).
Dalam riwayat lain dikatakan,
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku,”
(HR Bukhori).
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya,”
(HR Ahmad).
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas,”
(QS. Az Zumar).
Sabar itu ada tiga macam yaitu:
1. sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
2. sabar dalam meninggalkan yang haram dan,
3. sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan.
Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
[islampos/sumber: Panduan Ramadhan, oleh Muhammad Abduh Tuasikal]
Lima Hal Yang Dianjurkan Ketika Berpuasa
ADA banyak hal yang tersimpan begitu menakjubkan di sepanjang bulan Ramadhan. Ada yang dilarang, namun banyak pula yang dianjurkan. Berikut ini hal-hal yang dianjurkan ketika Ramadhan:
1. Mengakhirkan Sahur
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada orang yang hendak berpuasa agar makan sahur. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur,” (HR. Ahmad. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani karena memiliki banyak syawahid. Lihat Shohihul Jami’).
Dalam sahur pun terdapat keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah,”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dan sangat dianjurkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat dilihat dalam hadits Anas dari Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas berkata, ”Berapa lama jarak antara adzan dan sahur kalian?” Kemudian Zaid berkata, “Sekitar 50ayat,” (HR. Bukhari dan Muslim). Lima puluh ayat adalah waktu yang cukup singkat, sekitar 10-15 menit.
2. Menyegerakan berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka,”
(HR. Bukhari dan Muslim).
3. Berdo’a ketika berbuka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : 1. Pemimpin yang adil, 2. Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, 3. Do’a orang yang terzholimi,”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi).
Do’a ketika berbuka adalah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca:
“Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah [Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah],”
(HR. Abu Daud. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud).
4. Memberi makan orang berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga,”
(HR. Tirmidzi dan dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi).
5. Memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan
Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Jibril ‘alaihis sallam biasa membacakan Al Qur’an kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan. Dan apabila Jibril menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlihat bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling suka memberi bagaikan hembusan angin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik manusia yang paling banyak bersedekah, berbuat ihsan (kebaikan), membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf (Zaadul Ma’ad, 2/29).
[(sumber: islampos/sumber: Panduan Ramadhan karya Muhammad Abduh Tuasikal]
Yang Membatalkan Puasa & Membatalkan Pahala Puasa
SUDAH sepatutnya kita ketahui sebelum bulan puasa ramadhan tiba. Hal ini jelas sebagai prinsip dasar ketika kita ingin mencapai tujuan dengan sempurna dalam hal ini kita mendapatkan paha puasa ramadhan yang sebanyak-banyaknya kita harus tahu benar Hal – Hal Yang Merusak Pahala Puasa Ramadhan Bahkan Membatalkan Puasa Ramadhan.
Seperti nasihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya menyambut bulan puasa ramadhan :
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan rasa harap, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Al Bukhari 2014 dan Muslim 760).
Jika telah masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu Al Jannah akan dibuka, pintu-pintu Jahannam akan ditutup, dan para syaitan akan dibelenggu. (HR. Al Bukhari 1899 dan Muslim 1079).
Hal – Hal yang membatalkan Puasa Ramadhan antara lain :
- Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
- Melakukan hubungan suami istri disiang hari, Jima’ (bersenggama).
- Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang yang berpuasa.
- Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab lainnya dengan sengaja, Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena keluamya tanpa sengaja. .
- Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam matahari.
- Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam . Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha. ” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan : “Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya).” DiriwayatRan oleh Al-Harbi dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu’ dan dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.
Catatan :
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja. Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat dan berpuasa.
Hal – Hal Yang Merusak Pahala Puasa Ramadhan antara lain :
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa,” (HR. Al Bukhari 1904).
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan yang haram dan mengamalkannya, ataupun bertindak bodoh, maka Allah tidak butuh dengan upaya dia dalam meninggalkan makan dan minumnya,” (HR Al Bukhari dalam Shahihnya).
Agar Pahala puasa kita tidak rusak antara lain :
- Wajib menjauhkan diri dari perbuatan dusta.
- Menghindari ghibah (menyebutkan kejelekan orang lain).
- Dilarang melakukan namimah (mengadu domba).
- Melaknat atau mendo’akan orang yang tidak baik dan mencaci-maki.
- Diharuskan menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya dari perkataan yang haram
[(sumber: islampos/satriamadangkara]
TANDA-TANDA DATANGNYA
MALAM LAILATUL QODAR
Bagaimanakah tanda datangnya malam Lailatul Qadar yang benar berkenaan dengan malam yang mulia ini? Nabi shallallahu’alaihi wassalam pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar, yaitu: ...
1. Udara dan suasana pagi yang tenang ...
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan)
2. Cahaya mentari lemah, cerahtak bersinar kuat keesokannya ..
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
3. Terkadang terbawa dalam mimpi...
Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
4. Bulan nampak separuh bulatan...
Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wasallam, beliau berkata :
“Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.”
(HR. Muslim)
5. Suasana malam itu terasa sejuk dan nyaman...
Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam :
“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”
(HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
6. Hati menjadi tenang saat ibadah di malam itu...
Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
[islampos]
Hal-hal Penting Dalam Menjalankan
Puasa Ramadhan
HENDAKNYA, orang-orang yang berpuasa memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1.Mengenal hukum-hukum puasa. Banyak kaum Muslimin yang memasuki bulan puasa ini tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tdk begitu merasa perlu utk belajar. Padahal Allah ta berfirman:
“ Bertanyalah kepada para ulama, kalau kamu sekalian tidak mengetahui,”
(An-Nahl: 43)
2.Menyambut puasa dengan hura-hura, bukan dengan banyak berdzikir, beristigfar & mensyukuri nikmat Allah. Klimaksnya, bulan yang penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka untuk semakin bertakwa; tapi sebaliknya, semakin terbuai seribu satu kemaksiatan.
3.Sebagian kaum Muslimin, memasuki bulan Ramadhan dengan gambaran lahir seperti orang-orang yang bertaubat. Mereka shalat, berpuasa & meninggalkan banyak kemaksiatan yang biasa dilakukan. Namun seusai bulan puasa, mereka kembali menjadi pecinta kemaksiatan. Seolah- olah, mereka hanya mengenal Allah di bulan nan suci ini. Atau mungkin mereka hanya memandang ibadah di bulan ini sebagai satu tradisi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beribadah hanya untuk didengar orang, maka Allah pun akan memberi ganjaran dengan sekadar (ibadah itu) didengar orang. Barangsiapa yg beribadah utk sekedar dilihat orang, demikian juga Allah akan memberinya ganjaran.”
4. Sebagian di antara mereka menghindari diri dari berbagai pembatal puasa; seperti makan, minum, berjima’ & lain-lain. Tetapi mereka tidak berusaha menghindari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa; seperti bebas melihat aurat wanita di jalan-jalan (bahkan terkadang menjadi kebiasaan sehabis shubuh & menjelang berbuka), atau di majalah-majalah, berghibah, mencaci-maki orang & lain sebagainya.
5.Suka berdusta. Ada sebagian kaum Muslimin yg menganggap ringan berkata dusta, termasuk di bulan suci Ramadhan, di kala berpuasa. Padahal Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yg tdk juga meninggalkan berkata-kata dusta dan,
6. Masih juga melakukannya (di kala berpuasa), maka Allah tdk sedikitpun sudi menerima ibadah puasanya, meski ia meninggalkan makan & minum.”
7. Satu hal yang aneh, namun benar-benar sering terjadi; seseorang berpuasa, tapi tidak shalat. Atau terkadang ada yang rajin shalat, tapi selalu beralasan tidak kuat berpuasa. Padahal sungguh tidak ada manfaat orang itu berpuasa kalau dia tidak shalat. Karena shalat adl pilar dien/agama Islam.
8. Ada juga sebagian kaum elit di kalangam Muslimin yang sengaja bersafar terkadang keluar negeri agar mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Padahal Allah Maha Mengetahui apa yang terbetik dalam hati hamba-Nya.
9. Ada juga sebagian kaum Muslimin yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan ini cocok dijadikan waktu untuk beristirahat, tidur-tiduran & bermalas-malasan di siang hari, lalu begadang di malam hari. Bahkan seringkali, begadang malam itu dibumbui dgn hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah. Dengan permainan, mengobrol kesana kemari, berghibah, bahkan -kadang terjadi- berjudi, wal ‘iyadzu billah.
10. Selain itu, ada juga kaum Muslimin yang menyambut bulan ini dengan dingin & tidak bergairah. Kalau sudah berlalu, ia akan kegirangan. Mereka beribadah & berpuasa, semata-mata mengikuti kebiasaan manusia di sekitarnya. Alangkah miripnya mereka dengan keadaan orang-orang munafik yang memang senang bermalas-malasan dalam ibadah.
Allah as berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (berusaha) menipu Allah, tetapi Allah-lah yang akhirnya menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri utk bershalat mereka berdiri dgn malas….”
(An-Nisa: 142).
Rasulullah juga bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adl shalat Isya & Shubuh.”
(Hadis Riwayat: Al-Bukhari & Muslim).
11.Banyak di antara mereka yang begadang malam utk hal-hal yang tdk bermanfaat, sampai-sampai meninggalkan subuh berjama’ah. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak dibolehkah begadang itu melainkan bagi orang yg shalat (malam), atau musafir.”
12. Sebagian kaum Muslimin, ada yang berbuka puasa dengan mengkonsumsi sesuatu yang haram. Terkadang minuman keras, rokok (itu banyak terjadi), serta makanan & minuman yang didapat & usaha yang haram. Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa hal lain yang layak diperhatikan. Dan juga masih yang lagi kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan sebagian kaum Muslimin dalam melakukan ibadah puasa. Terkadang, bahkan merusak bingkai kerja dari puasa itu sendiri; yaitu menahan diri & makan & minum.
Bentuknya ? Dengan mengumbar nafsu makan & minum tatkala berbuka puasa.
Ibnu Taimiyyah mengungkapkan penafsiran yang bagus tentang hadits nabi :
“Sesungguhnya syetan itu mengalir dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah.” Beliau berkata: “Orang yang puasa dilarang makan & minum karena keduanya adalah sebab tubuh itu menjadi kuat. Dan makanan & minum itulah yang dpt menghasilkan banyak darah, tempat dimana syetan ikut berjalan mengaliri tubuh manusia. Sesungguhnya darah yang di telusupi syetan itu memang berasal & makanan & minuman, bukan & suntikan atau faktor keturunan.”
Bentuknya ? Dengan mengumbar nafsu makan & minum tatkala berbuka puasa.
Ibnu Taimiyyah mengungkapkan penafsiran yang bagus tentang hadits nabi :
“Sesungguhnya syetan itu mengalir dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah.” Beliau berkata: “Orang yang puasa dilarang makan & minum karena keduanya adalah sebab tubuh itu menjadi kuat. Dan makanan & minum itulah yang dpt menghasilkan banyak darah, tempat dimana syetan ikut berjalan mengaliri tubuh manusia. Sesungguhnya darah yang di telusupi syetan itu memang berasal & makanan & minuman, bukan & suntikan atau faktor keturunan.”
(sumber: islampos.com)
READ MORE ...
DOA BULAN RAMADHAN
SEDEKAH
Puasa Nisfu Sya’ban; Adakah Tuntunannya ?