SEKILAS INFORMASI MENGENAI "ISI TEHNOLOGI"
F-16 VIPER
F-16V merupakan generasi keempat dari lini produk F-16. Pesawat tempur ini memiliki panjang 15 meter dengan tinggi 5 meter dan bentang sayap 10 meter.
F-16 Viper merupakan pesawat tempur jenis F-16 generasi keempat. F-16 Viper memiliki sistem radar terbaru, Scalable Agile Beam Radar.
Pesawat tempur yang mampu terbang dengan kecepatan maksimal 2.414 kilometer per jam ini juga dapat mencium gelombang listrik dari luar pesawat. Sensor F-16 Viper yang terhubung dengan program komputer memungkinkan pilot untuk langsung menavigasi secara otomatis.
F-16 Viper memiliki beberapa fitur unggulan sebagai berikut :
A. Teknologi kontrol pesawat yang terintegrasi.
F-16V "Sengaja dirancang dual stick (sebelah kanan dan kiri) agar pilot tidak mengalami kesulitan dan kesusahan dalam berpindah tangan."
Pada bagian kanan stick itu, terdapat dua controller yang berfungsi untuk melepaskan peluru dan menembak lawan. Jet tempur ini mampu melepaskan 20 peluru dan menembakkan 6 misil atau roket sekaligus dengan sekali tekan.
"Sementara di stick bagian kiri, ada pointer yang bekerja seperti mouse. Ini yang memudahkan pengemudi untuk mengarahkan pesawat (air control)
B. RADAR
Radar SABR (Scalable Agile Beam Radar) APG-83 setipe dengan radar yang digunakan di pesawar siluman F-35
Randy Howard, selaku Business Development F-16 Lockheed Martin mengatakan di hadapan media, termasuk KompasTekno, bahwa F-16V yang ditawarkan kepada Indonesia ini telah memiliki upgrade avionik dan sistem radar paling canggih yang dimiliki generasi F-16.
Radar yang menjadi jawara pada Viper adalah radar AESA (active electronically scanned array) yang dapat mempertahankan lebih dari 20 target musuh. Radar ini setipe dengan radar yang digunakan di pesawar siluman F-35 hanya saja beda versi. Jenis radar Viper sedikit lebih canggih dan memiliki kemampuan untuk membidik 3 sasaran baik di darat, udara, dan laut.
Dijelaskan Randy, sistem radar milik F-16V bisa menjejak target udara dan darat secara bersamaan. Dengan demikian, F-16V bisa berperan sebagai pesawat "multirole" baik untuk misi udara-udara atau udara-darat (Air-to-Air dan Air-to-Ground).
Selain itu, berkat dukungan radar SABR (Scalable Agile Beam Radar) APG-83 yang dikembangkan bersama dengan Northrop Grumman, F-16V dikatakan Randy memiliki mode maritim khusus untuk patroli wilayah perbatasan di laut, yang merupakan sebagian besar wilayah Indonesia.
Radar ini juga diklaim Randy memiliki resistensi tinggi terhadap jamming, peningkatan tracking target, dan jangkauan deteksi target yang lebih jauh dibanding generasi F-16 sebelumnya.
C. KOMPUTER
Peningkatan mission computer pesawat, vehicle system, struktur pesawat, kokpit dan sistem peperangan elektronik (electronic warfare system)
Kelebihan Viper juga ada pada peningkatan mission computer pesawat, vehicle system, struktur pesawat, kokpit dan sistem peperangan elektronik (electronic warfare system) di banding blok F-16 sebelumnya. F-16V ini disebut sebagai generasi selanjutnya dari F-16 yang memanfaatkan infrastruktur berkesinambungan di dunia.
"Karena itu, Indonesia bisa menjadi operator pertama generasi F-16 tercanggih yang kami miliki," ujar Randy saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Varian F-16V juga memiliki tanki bahan bakar tambahan (CFT/Conformal Fuel Tanks) yang berada di punggung pesawat, sehingga menambah daya jelajah pesawat tanpa mengorbankan jumlah persenjataan yang bisa dibawa.
Biasanya, tanki bahan bakar tambahan yang dibawa F-16 menggunakan salah satu cantolan misil yang ada di sayap atau perut pesawat.
Dengan memiliki CFT di punggung, maka cantolan-cantolan tersebut tetap bisa dimaksimalkan untuk membawa berbagai sistem persenjataan.
Karena merupakan pesawat dengan mesin jet tunggal, Lockheed Martin mengklaim F-16V lebih irit dibanding pesawat jet bermesin ganda, seperti Sukhoi Su-35 yang saat ini juga diminati oleh TNI AU.
Menurut Lockheed Martin, F-16V memiliki biaya perawatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pesawat tempur bermesin ganda tadi. Selain bisa mengurangi biaya produksi mesin, juga mengurangi konsumsi bahan bakar. Mesin yang digunakan oleh F-16V juga bisa dipakai terbang (air time) lebih lama sebelum harus dilakukan perawatan secara rutin. Di samping itu, mesin baru tersebut juga memiliki kesamaan fasilitas/logistik dengan mesin Pratt Whitney PW220 yang dipakai generasi F-16 sebelumnya.
Urusan commonality (kesamaan) ini juga menjadi jualan utama Lockheed Martin dalam menawarkan f-16 kepada pemerintah Indonesia. Kita tahu Indonesia telah mengoperasikan F-16 A/B Block 15 sejak tahun 1980-an sebagai bagian dari proyek Peace Bima Sena I.
Lalu gelombang kedua F-16 datang ke Indonesia pada 2014 lalu sebagai bagian dari kesepakatan Peace Bima Sena II.
"Indonesia telah menjadi operator F-16 sejak lama, tentu ini bisa mempercepat adopsi," ujar Randy.
Salah satu syarat yang diminta oleh pemerintah Indonesia dalam proyek peremajaan armada pesawat TNI-AU adalah transfer teknologi. Berbicara mengenai hal ini, Lockheed Martin mengaku saat ini belum ada pembicaraan banyak dengan pemerintah Indonesia, namun peluang itu ada dan terbuka lebar.
Transfer teknologi yang diminta oleh pemerintah RI bisa diwujudkan melalui produksi komponen atau suku cadang di dalam negeri, seperti komponen tanki bahan bakar tambahan (CFT) tadi.
Dalam hal ini, Lockheed Martin bisa menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Jawa Barat.
Sementara itu, Pengamat Militer Indonesia Muradi mengatakan, dua pilihan alusista tersebut memang punya kelebihan dan kekurangan. Namun, dia menilai bahwa F16 memang punya daya tarik lebih kuat. Daya tarik tersebut datang dari kemudahan perawatan unit pesawat.
"Tak bisa dipungkiri produk AS memang lebih mudah digunakan oleh konsumen Indonesia. Selain perawatannya yang lebih nyaman, proses alih teknologi bisa lebih gampang karena kerjasama diplomatik yang beragam antara dua negara. Mulai dari kerjasama pendidikan sampai ekonomi," terangnya.
Dia mencontohkan, perawatan Sukhoi yang harus mengganti mesin dengan yang baru pada periode tertentu. Hal tersebut membuat perawatan pesawat dari Rusia itu jauh lebih mahal daripada F-16v. Sedangkan, F16 sendiri punya 80 fasilitas perawatan di seluruh dunia.
"Memang, dari sisi teknologi Sukhoi unggul jauh. Pesawat ini merupakan salah satu dari sedikit jet yang bisa terbang vertikal. Tapi, kalau dipandang dari sisi konsumen memang lebih nyaman memakai produk F-16," terangnya.
Di sisi lain, dia juga meminta pemerintah berhati-hati saat membeli F-16. Pasalnya, pemerintah Indonesia pun sempat mengalami embargo alusista AS cukup lama. "Pemerintah harus menuntut jaminan tak akan ada embargo dalam jangka waktu yang panjang. Kalau ada jaminan itu. Saya rasa pembelian akan sepadan," imbuhnya.
TNI Angkatan Udara belum tertarik membeli pesawat tempur terbaru dari pabrikan Lockhead Martin, F-16 Viper. Angkatan Udara saat ini masih menanti Kementerian Pertahanan menyelesaikan perjanjian jual-beli pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi-35.
“Belum ada ketertarikan. Kami tetap pada Sukhoi-35. Selama ini juga belum ada tawaran ke kami karena itu domainnya Kemhan,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, kepada CNN Indonesia, Kamis (8/10).
Sumber :
- The Science World Explorer
- Berbagai Sumber
VIDEO
SHARE !