Ini salah satu cara membuat pupuk hayati cair, diolah dari fermentasi sampah dapur di rumah kami. Berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dengan menggunakan kotoran ternak, (apabila berhasil) pupuk ini tidak terlalu bau. Cara membuatnya pun gampang, dan sebagian bahan serta alat yang dibutuhkan bisa saja sudah ada di rumah Anda.
Yang dibutuhkan:
- tong/toples kedap udara
- ember besar bertutup (tak kedap udara)
- mangkok besar
- pompa akuarium
- kain (opsional)
- cairan fermentasi sampah dapur
- cairan effective microorganism (EM4 atau buatan sendiri)
- tetes tebu (molasses/molase)
- air (bebas klorin/kaporit)
Cara membuat:
SATU: Di atas adalah foto sampah dapur yang telah difermentasikan selama kurang lebih dua bulan. Apapun limbah dapur yang gampang terurai dapat dimasukkan ke sini. Wadahnya berupa tong plastik yang memiliki tutup berulir, sehingga ketika ditutup, bagian dalam menjadi kedap udara. Ini dilakukan agar serangga tidak dapat masuk dan bertelur, dan udara tidak mengganggu proses fermentasi. Sesekali saya membuka tong untuk memberi beberapa tetes cairan effective microorganism (EM) lalu mengaduk-aduknya dengan kayu.
Penting: Jangan masukkan tulang atau kayu ukuran besar. Apabila memang ingin mencampurkannya, hancurkan terlebih dahulu. Limbah dapur lainnya juga akan lebih cepat proses fermentasinya apabila ukurannya kecil-kecil.
DUA: Setelah dibiarkan cukup lama, proses fermentasi sampah akan menghasilkan cairan yang berbau asam. Pisahkan cairan ini. Agar lebih efisien, saya masukkan air ke dalam tong terlebih dahulu, kemudian saya aduk-aduk sebelum cairannya saya pindahkan ke dalam sebuah mangkok besar.
TIGA: Tuangkan 1-2 sendok makan cairan EM ke dalam cairan fermentasi.
EMPAT: Masukkan cairan fermentasi ke dalam ember besar dan tambahkan kira-kira 50 liter air. Kemudian tuang 1-2 gelas tetes tebu atau molase. Tetes tebu dapat dibeli di toko-toko pertanian terdekat dengan harga yang terjangkau. Jika sulit menemukannya, tetes tebu dapat diganti dengan gula pasir maupun gula merah dengan takaran yang sama.
Penting: Pastikan air yang Anda pakai tidak mengandung klorin atau kaporit, sebab dapat membunuh mikroorganisme yang dibutuhkan dalam pupuk cair hayati. Jika air di rumah Anda mengandung kaporit, hilangkan dengan cara menjemur air dalam wadah di udara terbuka seharian.
LIMA: Ambil pompa kecil yang biasa dipakai untuk akuarium ikan, nyalakan, lalu cemplungkan ke dalam ember. Perhatikan kain biru di bagian atas foto. Karena penyaringan cairan fermentasi tadi menghasilkan ampas, maka ampas tersebut dapat dibungkus dengan kain dan diikat untuk ikut dimasukkan ke dalam ember. Ini saya lakukan karena tidak ingin mengembalikan ampas ke tong fermentasi, namun jika dimasukkan begitu saja ke dalam campuran, dikhawatirkan ampas akan menyumbat pompa.
ENAM: Tutup ember dengan penutup yang longgar. Biarkan selama dua hari di tempat yang sejuk.
Untuk menggunakan pupuk ini, campurkan dengan air (lagi-lagi harus bebas dari klorin/kaporit) dengan perbandingan pupuk dan air sebanyak 1 : 50. Apabila cairan fermentasi sebelumnya dirasa sangat pekat (bisa diketahui dari baunya yang sangat masam), maka perbandingan bisa diubah menjadi 1 : 100.
Silakan gunakan pupuk ini sampai habis, atau perbanyak pupuk yang tersisa dengan menambahkan air dan tetes tebu. Dan jangan lupa, Anda masih punya kompos sampah dapur yang akan kembali menghasilkan cairan. Nah, cairan itu dapat diolah lagi menjadi pupuk cair hayati dengan langkah-langkah yang sama, sehingga persediaan selalu ada.
Selamat mencoba!
Selamat mencoba!
SHARE !
bekabuluh.wordpress.com