Pupuk kandang sudah lama digunakan oleh para petani sebagai alternatif untuk memenuhi nutrisi bagi tanaman. Pupuk kandang telah banyak membantu para petani dalam menyuburkan tanah. Saat ini pertanian organik banyak diminati oleh banyak kalangan masyarakat petani organik. Tak terkecuali negara Indonesia yang kini masyarakat petaninya telah banyak membudidayakan tanaman organik baik jenis tanaman buah maupun tanaman sayur. Dalam sistem pertanian organik ini, para petani tidak lagi mengandalkan pupuk-pupuk kimia untuk menyuburkan tanah pertanian, akan tetapi lebih mengandalkan kepada pupuk yang alamiah berasal dari sisa-sisa substrat tanaman yang dibusukkan (berupa pupuk kompos) atau dari sisa kotoran hewan ternak. Hasil dari sistem pertanian organik ini jauh lebih bagus karena terbebas dari bahan-bahan kimia sintetik (buatan), serta hasil panen dari pertanian organik lebih aman untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu, hasil panen menggunakan pertanian organik juga terbukti mampu bersaing dengan sistem pertanian non-organik yang lebih banyak menggunakan pupuk kimiawi.
Pupuk Kandang Yang Sudah Diolah: Foto Oleh: guruilmuan.blogspot.com |
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan memiliki kandungan seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) yang cukup tinggi dan unsur hara penting lainnya yang lengkap untuk membantu menyuburkan tanaman. Kandungan Nitrogen berperan penting untuk membuat daun terlihat segar dan berwarna hijau, merangsang pertumbuhan batang, akar, serta mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara Natrium (N) berperan penting dalam proses pertumbuhan dan memberikan tanaman agar tidak mudah terserang berbagai macam penyakit tanaman. Pupuk kandang juga terbukti mampu membantu proses penyerapan air, memudahkan akar tanaman untuk menyimpan air dalam jumlah yang cukup, membuat tanah menjadi gembur sehingga pengelolaan tanah pertanian lebih mudah, akan tetapi penggunaan pupuk kandang juga penting melihat usia tanaman dan jenis tanaman.
Penggunaan pupuk kandang juga terbukti sangat ramah lingkungan sehingga penting disosialisasikan kepada masyarakat pedesaan. Hal ini menyangkut pentingnya pengetahuan petani tentang cara budidaya tanaman dengan pupuk yang tepat untuk hasil panen yang bagus. Penggunaan pupuk-pupuk kimiawi justru akan memicu munculnya permasalahan lingkungan yang kompleks seperti adanya pencemaran tanah, pencemaran air. Pencemaran tanah yang terjadi akibat penggunaan pupuk kimia dapat membuat struktur tanah menjadi rusak, kehilangan unsur hara penting di dalam tanah, kandungan pH tanah akan menjadi tidak normal sehingga akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Pencemaran air yang disebabkan oleh pupuk kimia kemungkinan besar dapat terjadi dengan adanya sistem pengangkutan air dari akar menuju keseluruh organ tanaman.
Jenis-Jenis Pupuk Kandang Yang Perlu Kamu Ketahui?
Dilihat dari bentuknya, pupuk kandang terbagi menjadi dua jenis yaitu pupuk kandang cair dan pupuk kandang padat. Pupuk kandang cair biasanya didapat dari air kencing (urine). Sementara itu, untuk pupuk kandang jenis padat dapat diperoleh dari kotoran hewan ternak (feses). Adakalanya dalam pembuatan pupuk kandang melibatkan komponen urine serta kotoran ternak secara langsung, dan biasanya berbentuk seperti cairan kental seperti lumpur. Atau biasanya dijumpai adanya pupuk dari kotoran hewan yang dicampur dengan sekam padi atau dedauan lain yang membusuk. Berikut ini ada beberapa jenis asal muasal pupuk kandang yang banyak digunakan masyarakat petani:
a. Pupuk Kandang Dari Kotoran Ayam, Itik, dan Hewan Unggas Lainnya
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak seperti kotoran ayam, itik, dan hewan unggas lainnya banyak diminati terutama oleh para petani tanaman buah dan sayur. Pupuk dari kotoran hewan unggas terbukti memiliki kandungan unsur Nitrogen (N) dan Phosfor (P) yang relatif tinggi dibanding jenis pupuk dari hewan lainnya. Terlebih, unsur N dapat secara langsung diserap oleh aka tanaman sehingga tidak memerlukan tahapan dekomposisi terlebih dahulu.
Pupuk kandang dari hewan-hewan unggas biasanya diambil dalam bentuk campuran dari bahan sekam padi, terutama dari kotoran hewan ayam boiler. Dan biasanya sekam padi digunakan oleh para peternak sebagai alas kandang, dan mau tidak mau alas kandang tersebut pasti terdapat kotoran hewan ternak. Dan ternyata sekam padi yang bercampur dengan kotoran unggas tersebut ikut memperkaya kandungan unsur hara yakni unsur Kalium (K). Akan tetapi, beberapa efek buruk dari kotoran ternak unggas sangat rentan membawa penyakit dari jenis bakteri Salmonella. Kekhawatiran lain bagi pertanian organik yaitu adanya hormon dan obat-obatan yang terbawa pada kotoran hewan sehingga memungkinkan adanya kontaminasi bagi tanaman organik.
b. Pupuk Kandang Dari Kotoran Sapi, Kerbau, Kambing
Kotoran hewan ternak dari kambing memiliki kandungan unsur Nitrogen (N) yang tinggi dan umumnya memiliki tekstur menyerupai bulatan-bulatan yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Karakteristik pupuk kotoran kambing yang sudah siap pakai yakni kotorannya sudah mengering, suhu dingin, serta tidak berbau. Sementara itu kotoran sapi, kerbau biasanya memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Atas dasar inilah kotoran sapi maupun kerbau tidak dianjurkan untuk digunakan dalam keadaan segar akan tetapi perlu dikomposkan terlebih dahulu. Jika pupuk diberikan pada tanaman tanpa pengomposan terlebih dahulu, maka kemungkinan besar akan terjadi perebutan unsur Nitrogen (N) antara tanaman dengan dekomposisi yang berlangsung pada kotoran ternak tersebut. Kotoran sapi maupun kerbau juga mempunyai kandungan air yang tinggi dan atas dasar inilah masyarakat petani menjulukinya sebagai "pupuk dingin". Kotoran sapi, kerbau apabila telah dikomposkan biasanya memiliki tekstur lebih gelap, gembut, suhunya dingin, tidak lengket, dan tidak berbau tajam.
c. Pupuk Kandang Dari Air Kencing Hewan Ternak (Urine)
Selain adanya pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan (pupuk kandang jenis padat) ada juga pupuk kandang yang berasal dari cairan (urine) hewan ternak. Biasanya pupuk jenis ini diambil dan diproses dari mengambil bagian urine hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci, dan hewan ternak lainnya. Urine merupakan sisa metabolisme tubuh yang sudah tidak terpakai sehingga penting dilakukan ekskresi oleh hewan. Urine juga mengandung kaya akan Nitrogen (N) yang merupakan hasil perombakan metabolisme protein. Selain unsur Nitrogen (N), urine pada hewan juga banyak mengandung unsur Phosfat (P) dan Sulfur.
Urine kelinci merupakan alternatif cara untuk membuat pupuk cair dari urine hewan. Perlu diketahui bahwa urine kelinci mengandung banyak unsur Nitrogen yang dibutuhkan tanaman. Cara penggunaan pupuk cair dari urine kelinci yaitu cukup praktis tinggal menyiapkan 1-2 Liter urine kelinci kemudian ditambahkanke dalam 20-25 Liter air bersih, kemudian disemprotkan pada daun tanaman (sebagai pupuk daun alamiah). Selain itu, pupuk cair dari urine hewan ternak juga dapat dicampurkan langsung ke kotoran hewan (feses) dan diolah secara organik dengan melibatkan beberapa mikroorganisme tanah (pengomposan) sehingga disebutlah pupuk kandang kering (kompos). Urine dari hewan ternak juga terbukti dapat dijadikan pupuk hayati yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Lalu Bagaimana Proses Pembuatan Pupuk Kandang (Kompos) Yang Baik Bagi Tanaman?
Penggunaan pupuk kandang sangat dianjurkan bagi seluruh petani karena berbagai alasan seperti keuntungan yang disebutkan di atas. Harga pupuk kandang sangat murah dan ekonomis, dapat diperoleh dengan mudah di kalangan masyarakat petani. Pembelian pupuk ini dapat diperoleh langsung dengan membelinya kepada para petani ternak hewan yang di dalam kandangnya banyak terdapat banyak kotoran hewan.
Berikut ini penjelasan tentang cara membuat pupuk kandang secara terbuka dan tertutup;
a. Cara Pembuatan Pupuk Kandang Secara Terbuka dapat dilakukan dengan langkah-langkah yaitu; (1) hal pertama yang penting dilakukan yaitu menentukan lokasi di dekat kandang sebagai tempat untuk pembuatan pupuk kandang. Lokasi yang sudah ditentukan kemudian dibersihkan. (2). Gali lubang di area lokasi pembuatan pupuk kandang yang sudah ditentukan tadi dengan ketinggian 2-3 meter (sesuai kebutuhan) dengan panjang lubang 2,5X2,5 meter membentuk persegi atau lubang berbentuk persegi panjang lainnya. Pembuatan galian lubang ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan banyak sedikitnya kotoran hewan yang hendak ditampung di dalam lubang terbuka. (3). Membuat galangan (sanitasi air) khusus untuk mencegah agar air hujan tidak dapat merembes atau masuk ke dalam lubang yang berisi kotoran hewan, sehingga proses pembuatan pupuk kandang akan berjalan lancar. (3) Di atas tempat pembuatan pupuk kandang (di atas lubang galian) sebaiknya diberikan naungan atau atap baik atap yang terbuat dari daun kelapa, daun rumbia, plastik tahan air, atau genteng yang terbuat dari tanah liat. Hal ini bertujuan untuk mencegah agar air hujan tidak dapat masuk ke dalam lubang kotoran (tempat pembuatan pupuk kandang). (4) Secara rutin kotoran hewan dan sisa pakan dari tumbuhan ternak sebaiknya ditampung pada lubang khusus untuk pembuatan pupuk kandang. (4) Kotoran hewan yang ada di dalam lubang khusus tersebut dibiarkan selama 3-4 bulan dan setelah itu barulah digunakan untuk memupuk tanaman di lahan pertanian.
b. Cara Membuat Pupuk Kandang Secara Tertutup dapat dilakukan dengan tahapan seperti; (1) Menentukan lokasi di sekitar kandang yang dapat dijadikan sebagai tempat pembuatan pupuk kandang. (2) Pada lokasi pembuatan pupuk kandang tersebut, galilah lubang setinggi 2-3 meter (sesuai kebutuhan) dengan panjang lubang sekitar 2,5X2,5 meter dan sebaiknya pembuatan lubang juga harus lebar dan tidak sempit. Perlu diingat bahwa pembuatan lubang yang terlalu sempit dan terlalu dalam juga berisiko menyulitkan pengambilan pupuk yang sudah jadi. (3) Dinding lubang tempat penampungan kotoran ternak sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat mencegah terjadinya rembesan air dari bagian luar lubang. (4). Di bagian dasar lubang (lantai lubang) penampungan kotoran ternak sebaiknya jangan disemen dan biarkan saja dari tanah karena hal ini dilakukan dengan tujuan agar air dari kotoran hewan ternak di dalam lubang penampungan dapat merembes masuk ke dalam tanah, sehingga akan mempermudah dalam proses pengeringan kotoran ternak di dalam kolam penampungan. (5) Secara rutin, para petani ternak sebaiknya memasukkan sisa pakan atau kotoran ternak ke dalam lubang penampungan. Dan ingat kotoran hewan ternak yang di tampung di dalam lubang penampungan jangan terlalu penuh ke atas. Setelah kotoran hewan yang ditampung penuh, selanjutnya lubang penampungan ditutup dengan tanah bekas galian setebal 30-35cm. (6) Sebaiknya di atas lokasi penampungan tersebut diberikan naungan atau atap yang terbuat dari sisa-sisa daun kering (daun rumbia), anyaman daun kelapa, genteng, atau atap jenis lainnya yang memungkinkan tidak adanya air hujan yang ikut merembes ke tempat penampungan tersebut. (7) Kotoran ternak di dalam lubang penampungan tadi dibiarkan selama 3-4 agar terjadi proses penguraian oleh mikroorganisme tanah, seperti cacing dan jasad renik lainnya.
SHARE !
guruilmuan.blogspot.co.id