Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS: Ali Imran Ayat: 185)
PADA saat maut tiba, setan sangat antusias menghadapi hal ini agar kesempatan tersebut tidak luput darinya. Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Jabir Ibn Abdullah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sungguh setan mendatangi salah seorang kalian dalam setiap situasi dan kondisi bahkan pada saat makan. Dan jika kunyahan makanan salah seorang kalian jatuh, hendaklah ia membersihkan bagian yang kotor lalu memakannya dan tidak membiarkannya dimakan setan. Jika ia telah selesai makan hendaklah ia menjilat jari-jarinya, karena ia tidak tahu di makanan yang mana terdapat keberkahan.”
Para ulama menyebutkan bahwa setan mendatangi manusia pada saat-saat genting itu dengan menyamar sebagai ayah, ibu atau orang lain yang dikenal sambil memberi naeshat dan mengajak untuk masuk agama Yahudi, Nasrani atau agama lain yang bertentangan dengan Islam. Pada saat itulah Allah menggelincirkan orang-orang yang telah ditakdirkan sengsara. Inilah makna ayat, “(Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau member petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).’”
Abdullah, putra Imam Ahmad ibn Hanbal, berkisah, “Aku menyaksikan wafatnya ayahku, dan di tanganku ada kain lap untuk mengusap jenggotnya yang lebat. Pada saat itu beliau pingsan kemudian sadar, lalu beliau berkata sambil menunjuk dengan tangannya, “Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah!”
Ia melakukan hal itu berulang-ulang.
Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Hai ayahku, apa yang engkau lihat?’
Ia menjawab, ‘Setan berdiri di dekat terumpahku sambil menggigit ujung jari, dan berkata, “Hai Ahmad, ikutilah bujuk rayuku!”
Akupun berkata, ‘Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah, sampai aku matipun!’
Al-Qurthubi berkata: “Aku mendengar guru kami, Imam Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar al-Qurthubi, berkata, ‘Aku menyaksikan ketika saudaraku, Syekh Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad al-Qurthubi, sedang sekarat, di Cordova. Dikatakan kepadanya, ‘Ucapkanlah la ilaaha illa Allah.’ Namun, jawaban yang keluar dari mulutnya, ‘Tidak! Tidak!’
Saat ia siuman, kami menceritakan hal itu kepadanya. Ia pun bercerita, ‘Datang dua setan di sebelah kanan dan kiriku. Salah satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan beragama Yahudi, karena Yahudi adalah agama terbaik.’
Yang satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan Nasrani, karena Nasrani adalah agama terbaik.’
Akupun menjawab, ‘Tidak! Tidak!’
Menurut Ibn Taimiyah, kejadian seperti ini tidak mesti berlaku sama bagi setiap orang. Bahkan pada sebagian orang, ditawarkan lebih dari dua agama sebelum matinya. Sedangkan sebagian lagi malah tidak ditawarkan. Ini semua termasuk fitnah kehidupan dan fitnah kematian yang kita ajurkan untuk menyebutkan bahwa setan sering menggoda manusia pada saat sekarat, karena saat itu adalah waktu hajat.
Beliau berdalil dengan hadis, “Amal itu tergantung penghujungnya.” Nabi saw bersabda, “Seorang hamba beramal dengan amalan ahli surga, namun ketika jarak antara dia dan tinggal sehasta, takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka masuk nerakalah ia. Seorang hamba beramal dengan amalan ahli neraka, namun ketika jarak antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli surga, maka masuk surgalah ia.”
Karena itu beliau menyampaikan, “Setan itu paling keras upayanya dalam menggoda anka Adam adalah saat sekarat. Ia berkata kepada kawan-kawannya, ‘Perhatikan dia, sebab bila ia luput, maka selamanya kalian tidak dapat mengambil keuntungan darinya.’”
sumber: [rika/islampos/ensiklopedia kiamat]