Bursa saham Eropa anjlok dipicu merosotnya harga minyak dunia yang sempat turun ke level terendah sejak 2003 pada Rabu, 20 Januari 2016. Namun sebagai negara pengimpor minyak, negara-negara Eropa ini justru menikmati untung dari anjloknya harga minyak dunia.
CEO Maersk Group Nils Andersen menuturkan harga minyak yang lebih rendah telah menjadi dorongan untuk ekonomi Eropa.
"Anda melihat perekonomian di Eropa tumbuh, meskipun negara-negara Eropa tidak melakukan banyak perubahan struktural di bidang ekonomi. Jadi, saya pikir ada banyak nilai tambah yang tersembunyi dari harga minyak yang lebih rendah ini," katanya kepada CNBCpada World Economic Forum di Davos, Swiss, Jumat (22/1/2015).
Harga minyak Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate (WTI) turun sekitar 3,3 persen dalam perdagangan Eropa menjadi U$$ 27,5 per barel, terendah sejak 2003. Harga minyak telah merosot sejak pertengahan 2014 karena ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
AS dan Irak terus menggenjot produksi minyak, sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) masih mempertahankan produksi. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan energi telah melambat, sebagian besar disebabkan perlambatan ekonomi China.
"Kita sedang berada di tengah-tengah guncangan pasokan di pasar minyak. Kita perlu memikirkan bagaimana agar pasokan minyak bisa ditekan. Mudah-mudahan ekonomi yang lebih baik dapat membawa konsumsi meningkat," kata Andersen.
Namun, pasokan minyak ke pasar bertambah 500 ribu barel per hari sejak pencabutan sanksi internasional terhadap Iran pada akhir pekan lalu.
Badan energi internasional memperingatkan jika kondisi ini terus berlanjut, maka pasar akan semakin kebanjiran pasokan. Akibatnya, akan ada tekanan ekstra ke harga minyak.
Vice Chairman IHS, Daniel Yergin menuturkan meningkatnya ketegangan antara negara-negara Teluk dan Iran memberi sinyal bahwa mereka tidak mungkin berkolaborasi untuk mengendalikan pasokan global.
"Ketegangan geopolitik, terutama antara negara-negara Teluk dan Iran, mendorong harga turun. Sebab, tidak ada dasar untuk mereka datang bersama-sama dan membuat kesepakatan soal produksi minyak," katanya di Davos.
Dalam prospek terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi zona euro akan mencatat pertumbuhan rata-rata 1,7 persen pada 2016-2017, naik dari 0,9 persen pada 2014 dan 1,5 persen di 2015.
Konsumsi swasta yang kuat di kawasan euro akan didukung penurunan harga minyak dan kondisi keuangan yang longgar. Ini akan lebih besar efeknya daripada melemahnya ekspor.
Lalu negara mana yang menangis saat harga minyak turun?
Jika negara-negara Eropa bergembira karena turunnya harga minyak, lainnya dengan negara-negara pengekspor minyak. Mereka menangis karena pendapatan negara turun drastis akibat anjloknya harga minyak hingga di bawah US$ 30 per barel
Beberapa negara yang mengalami efek paling besar akibat jatuhnya harga minyak dunia, yaitu:
1. Venezuela
Venezuela memiliki reservasi minyak terbesar di dunia. Pemerintah Venezuela telah memakai uang hasil penjualannya sebagai biaya pensiun, kesehatan, serta tunjangan sosial lain bagi warga negaranya.
Jatuhnya harga minyak dunia tentu memberikan efek yang sangat signifikan kepada perekonomian Venezuela. Nilai inflasi di negara ini mencapai 150 persen pada 2015 dan diperkirakan mencapai 200 persen pada tahun depan.
Pemerintah Venezuela tengah mengalami kesulitan besar untuk membayar utang dan memenuhi kebutuhan warganya.
2. Saudi Arabia
Sekitar 75 persen dari pendapatan Saudi Arabia berasal dari perdagangan minyak. Pemerintah Saudi Arabia sedang bersusah payah untuk menanggulangi defisit anggaran mencapai US$ 100 miliar akibat turunnya harga minyak.
3. Nigeria
Nigeria merupakan produsen minyak terbesar di Afrika. Keuntungan hasil penjualan minyak di Nigeria menyumbang 75 persen pendapatan pemerintah dan 90 persen dari pendapatan ekspor.
Jatuhnya harga minyak dunia tentu memberikan efek yang besar pada perekonomian Nigeria. Media setempat mengungkap bahwa pegawai negeri di beberapa daerah di Nigeria belum mendapatkan gajinya untuk beberapa bulan.
4. Rusia
Hampir setengah pendapatan pemerintah Rusia datang dari ekspor minyak dan gas bumi. Jatuhnya harga minyak membuat perekonomian Rusia makin tercekik setelah sebelumnya didera sanksi ekonomi akibat krisis yang terjadi di Ukraina.
IMF mengatakan bahwa PDB Rusia akan menyusut menjadi 3,8 persen pada tahun ini dan akan kembali menyusut 0,6 persen pada 2016.
5. Irak
Harga minyak yang rendah menghantam perekonomian Irak di saat negara ini memerlukan dana yang cukup besar untuk melawan teror yang disebabkan oleh ISIS.
Irak telah menggenjot produksi minyaknya pada tahun ini, tapi hal tersebut tidak berdampak cukup signifikan akibat lemahnya harga minyak dunia di pasaran. Negara ini juga masih memerlukan suntikan dana cukup besar untuk memperbaiki infrastruktur tambang yang dimilikinya. (Ndw/Gdn)
SHARE !
Liputan6.com