Gratisan dan Tanpa Iklan, Dari Mana Untung WhatsApp?
Kedepannya WhatsApp akan menyasar segmen korporasi untuk mendatangkan keuntungan.
Co-founder sekaligus CEO WhatsApp, Jan Koum, telah mengumumkan secara resmi bahwa pihaknya telah mencabut ketentuan biaya berlangganan sebesar US$ 1 atau Rp 14 ribu per tahun. Dengan begitu, kini siapapun dapat menikmati WhatsApp secara gratis selamanya.
Lalu, bagaimana cara WhatsApp mendapatkan keuntungan?
Mungkin banyak dari kita yang berpikir bahwa WhatsApp akan mulai menyisipkan iklan digital pada tampilan aplikasinya. Terlebih, WhatsApp kini merupakan bagian dari Facebook yang dikenal sebagai ahlinya digital marketing.
Namun jangan berprasangka buruk dulu. Koum telah berjanji jika tampilan WhatsApp akan terus bersih dari iklan seperti apa adanya. Iklan digital bukan opsi yang bakal ia pilih untuk mendatangkan pundi-pundi keuntungan.
"Orang akan bertanya-tanya bagaimana WhatsApp bisa berjalan tanpa biaya, apakah akan ada iklan dari pihak ketiga? Jawabannya tidak," tegas Koum dalam pernyataan resmi yang dimuat blog resmi WhatsApp.
Sebagai jalan keluar, Koum memaparkan bahwa ke depannya WhatsApp akan menyasar segmen korporasi untuk mendatangkan keuntungan. Caranya mudah, berbekal 990 juta pengguna aktif, WhatsApp merupakan platfotm promosi yang sangat efektif.
Daripada menampilkan iklan yang akan menggangu pengalaman pengguna, WhatsApp memilih untuk menjadi media penghubung antara produsen produk atau jasa dengan apra konsumennya. Singkatnya, WhatsApp kemungkinan besar akan membuat fasilitas akun premium terverifikasi bagi segmen korporat.
Model bisnis yang diterapkan mungkin tak berbeda jauh dengan akun permium milik Line. Aplikasi pesan instan tersebut memungkinkan korporasi membuat akun resmi berbayar sebagai media promosi.
"Kami sedang menguji alat yang tepat untuk membuat hal ini bisa diterapkan di WhatsApp, jadi tak perlu ada iklan atau spam," ungkap Koum memberi kepastian.
money.id