Dewan Kerjasama Negara Kawasan Teluk Arab (Gulf Cooperation Council/GCC) akan menggelar pertemuan luar biasa di Riyadh pada Sabtu mendatang.
Pertemuan untuk membahas ketegangan yang terjadi antara Arab Saudi dengan Iran usai pembakaran kedutaan Saudi di Teheran dan Masyhad.
Ketegangan Saudi-Iran memberikan ancaman berupa gagalnya upaya mengakhiri perang saudara di Suriah, yang telah berlangsung selama lima tahun.
Dalam perang ini, Saudi terlibat dan mendukung kelompok pemberontak melawan pemerintahan Bashar Al Assad, yang didukung Iran.
Ketegangan semakin menguatkan keraguan negara-negara kawasan Teluk terkait potensi munculnya perdamaian di Yaman. Koalisi militer pimpinan Saudi menggempur gerakan Houthi yang berafiliasi dengan Iran selama sembilan bulan.
"Menteri-menteri luar negeri anggota GCC akan menggelar pertemuan luar biasa di Riyadh pada Sabtu, untuk membahas dampak dari penyerangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran dan Konsulat Saudi di Masyhad," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) GCC Abdullatif bin Rashid Al Zayani melalui surat elektronik.
Kerajaan Arab Saudi yang berlatar belakang Sunni mengeksekusi ulama Syiah dengan tuduhan terorisme pada Sabtu pekan lalu. Eksekusi ini memicu serangan kantor kedutaan Saudi di Teheran dan konsular di Masyhad oleh sejumlah pengunjuk rasa Iran.
Kerajaan memberikan tanggapan dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Langkah ini diikuti oleh sekutu terdekat Saudi, Bahrain dan Sudan, dan Uni Emirat Arab yang juga memutuskan menarik duta besarnya dari Teheran. Kondisi ini makin meningkatkan tensi ketegangan di dunia Arab.
Kerajaan memberikan tanggapan dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Langkah ini diikuti oleh sekutu terdekat Saudi, Bahrain dan Sudan, dan Uni Emirat Arab yang juga memutuskan menarik duta besarnya dari Teheran. Kondisi ini makin meningkatkan tensi ketegangan di dunia Arab.
Demonstran iran Bakar Kedutaan Saudi
Iran mengirim surat kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Isinya, penyesalan atas insiden penyerangan dan pembakaran kedutaan Arab Saudi oleh para pengunjuk rasa. Iran berjanji akan menjaga agar insiden serupa tidak terjadi di waktu mendatang.
"Republik Islam Iran menyatakan penyesalan yang mendalam atas insiden itu, dan akan menangkap serta mengadili semua pihak yang terlibat," demikian bunyi pernyataan dalam surat yang dikirim pada Senin, dikutip dari alarabiya.net, Rabu, 6 Januari 2015.
"Republik Islam Iran akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang," lanjut pernyataan tersebut.
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Minggu kemarin. Hal itu juga diikuti pemutusan hubungan komersial seperti perdagangan, penerbangan dan wisata warga Saudi ke Iran.
Keputusan ini diterapkan Riyadh setelah menyebut Teheran tidak melalukan upaya maksimal, untuk mencegah terjadinya pembakaran kedutaan Saudi di Teheran dan Masyhad.
Tetapi, Iran mengklaim telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghalau aksi unjuk rasa warga memprotes eksekusi mati 47 terduga teroris, termasuk ulama Syiah Syeikh Nimr Al Nimr.
Tindakan itu seperti menambah jumlah pasukan keamanan untuk menjaga gedung konsulat.
Dalam surat itu, Iran mengungkapkan sebanyak 8.000 massa menggelar aksi unjuk rasa damai di depan gedung kedutaan Saudi. Tetapi, saat pukul 11.00 waktu setempat, sebagian dari mereka tidak dapat dikontrol.
"Meskipun upaya pengamanan yang lebih ketat sudah diupayakan oleh para penegak hukum, beberapa di antara mereka berhasil memasuki kedutaan dan membuat kerusakan," ungkap pernyataan tersebut.
Surat tersebut juga mengungkapkan, "Lebih dari 40 pengunjuk rasa telah teridentifikasi, ditahan dan akan diajukan kepada otoritas pengadilan."
Iran pun menyatakan penyelidikan masih terus dijalankan untuk menemukan pelaku lain.
dream.co.id - alarabiya.net
Erdogan: Iran Bantai Ratusan Ribu Warga Suriah, Tak Pantas Protes Eksekusi Mati Satu Tokoh Syiah di Saudi
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengeluarkan kecaman keras atas sikap dan tindakan pemerintah Iran dalam krisis terakhirnya dengan Arab Saudi. Menurutnya, eksekusi mati yang dilakukan Saudi kepada Syaikh Nimr Baqir Al-Nimr adalah urusan dalam negeri Saudi.
Seperti dilansir Al-Quds, Rabu (6/1/2016) kemarin, Erdogan mengatakan, “Eksekusi mati terhadap Syaikh Nimr adalah urusan dalam negeri Saudi. Iran yang terlibat dalam pembantain 400 ribu warga Suriah tidak pantas mengritik eksekusi terhadap satu orang.”
Tokoh Syiah Nimr Al-Nimr dihukum mati karena membahayakan negara Saudi. Nimr Al-Nimr akan membentuk negara Syiah di wilayah Qatif bagian timur Saudi. Nimr Al-Nimr juga tokoh penebar kebencian terhadap para sahabat Nabi.
Pernyataan Erdogan ini agak berbeda dengan sikap Turki dalam krisis politik ini sebelumnya yang menyayangkan tindakan pemerintah Saudi, dan menawarkan diri sebagai mediator antara Saudi dan Iran.
Al-Quds
Note:
Dalam laporan kelompok hak asasi manusia internasional (Amnesty International) Iran telah mengeksekusi mati lebih dari 1.000 orang pada tahun 2015.
Kubu Syiah Serukan Indonesia Putuskan Hubungan Dengan Saudi, Lantas Naik Haji & Umroh ke Iran?
Indonesia didesak putuskan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi ...
Massa pro Syiah-Iran ini berdemonstrasi di depan Kedubes Arab Saudi di Kuningan, Jakarta Selatan,
posmetro.info